Rabu, 05 September 2012

JUDUL SKRIPSI BESERTA DATA


ANALISIS PEMAKAIAN BAHASA ILMIAH SKRIPSI MAHASISWA
(Studi Kasus Skripsi Mahasiswa FKIP UISU)

Abdul Murad*


Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yakni melukiskan keadaan yang sebenarnya dan mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata sekarang. Populasi penelitian adalah skripsi mahasiswa FKIP UISU yang berada di perpustakaan FKIP UISU dengan tahun skripsi 5 tahun terakhir (tahun 2002 – tahun 2007) berjumlah 224 skripsi. Dari populasi diambil sampel secara random sebanyak 56 skripsi (25% dari populasi).

Data pemakaian bahasa skripsi diperoleh dengan mengumpulkan, mendaftar skripsi yang terdiri dari Bab 1 (Pendahuluan) skripsi yang menjadi sampel dengan teknik acak. Untuk menganalisis pemakaian bahasa skripsi mahasiswa dilakukan dengan menggunakan dua jenis analisis, yaitu 1) analisis kesalahan berbahasa, dan 2)  analisis wacana. Data yang diperoleh kemudian ditelaah secara deskriptif dengan langkah-langkah berikut:
  1. Mengidentifikasi seluruh jenis kesalahan yang ada dalam skripsi. Pengidentifikasian data didasarkan pada jenis kesalahan berbahasa dilihat dari tataran lingustik.
  2. Mengklasifikasikan kesalahan tersebut ke dalam kelompok tataran linguistik tertentu, ejaan, pembentukan kata, pembentukan kalimat, pemilihan kata, dan penyusunan paragraf.
  3. Menganalisis/menjelaskan kesalahan.
  4. Menghitung frekuensi setiap tipe kesalahan.
  5. Mengevaluasi kesalahan.

Hasil dan Pembahasan
Analisis pemakaian ejaan dan tanda baca pada penelitian ini terdiri atas (1) analisis pemakaian tanda baca, meliputi tanda titik (.), titik dua (:), titik koma(;), koma(,), hubung (-), kurung (), garis miring (/), dan garis bawah, (2) analisis ejaan meliputi penulisan kata dasar, kata turunan, kata depan, kata serapan, kata bilangan, dan penulisan huruf besar.
Tabel 1
Persentase frekuensi kesalahan tanda baca
Aspek Pemakaian
Jumlah Pemakaian
Frekuensi Kesalahan
Persentase Kesalahan
Titik
1059
654
27,09%
Titik dua
371
348
14,41%
Koma
502
462
19,13%
Titi koma
286
247
10,23%
Hubung
363
308
12,75%
Kurung
146
112
4,63%
Garis bawah
169
168
6,95%
Garis miring
239
115
4,76%

Jumlah kesalahan pemakaian tanda titik sebanyak 654, sedangkan jumlah seluruh kesalahan pemakaian tanda baca dalam korpus adalah 2414. Berdasarkan jumlah ini, persentase kesalahan pemakaian tanda titik 27,09% menunjukkan bahwa mahasiswa FKIP UISU masih kurang memahami kaidah penggunaan tanda titik. Jumlah kesalahan pemakaian tanda titik dua sebanyak 348. Sedangkan data seluruh kesalahan tanda baca 2414. Berdasarkan jumlah ini, persentase kesalahan pemakaian tanda titik dua 14,41%, menunjukkan mahasiswa masih melakukan kesalahan dalam penggunaan tanda titik dua. Jumlah kesalahan pemakaian tanda koma sebanyak 462. Ini berarti persentase kesalahan pemakaian tanda koma sebesar 19,13% menunjukkan bahwa para mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menerapkan kaidah pemakaian tanda baca koma.

Jumlah kesalahan pemakaian tanda titik koma sebanyak 247. Jumlah ini berarti persentase kesalahan pemakaian tanda titik koma sebesar 10,23% yang menunjukkan para mahasiswa masih mengalami permasalahan dalam penggunaan tanda baca titik koma. Jumlah kesalahan pemakaian tanda hubung sebanyak 308, sedangkan data seluruh kesalahan tanda baca 2414, berdasarkan jumlah tersebut persentase kesalahan pemakaian tanda hubung 12,75% yang menunjukkan para mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam pemakaian tada hubung. Jumlah kesalahan pemakaian tanda kurung sebanyak 146 (4,63%) menunjukkan para mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam pemakaian tanda kurung. Jumlah kesalahan pemakaian garis bawah dan garis miring berturut-turut 168 (6,9%) dan 115 (4,76%). Menunjukkan para mahasiswa masih mengalami permasalahan baik dalam pemakaian garis bawah maupun pemakaian garis miring.

Deskripsi Analisis Penyusunan Kalimat
Tabel 2
Persentase frekuensi kesalahan tanda baca
Aspek Kesalahan
Jumlah Kalimat
Frekuensi Kesalahan
Persentase Kesalahan
Kesatuan
345
172
24,25%
Kesejajaran
345
144
20,10%
Kehematan
345
208
29,63%
Kesesuaian
345
185
26,09%

Berdasarkan tabel 2 diatas, dari hasil analisis kesatuan kalimat, analisis kesejajaran, analisis kehematan kalimat, dan analisis kesesuaian kalimat, ditemukan masing-masing 172 (24,25%) yang tidak ada kesatuannya, 144 (20,10%) yang kehilangan kesejajaran, 208 (29,63%) kalimat yang tidak hemat, 185 (26,09%) kalimat yang tidak sesuai dengan ragam baku, sehingga dapat disimpulkan bahwa para mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang benar, baik, dan baku.

Deskripsi Analisis Penyusunan Paragraf
Tabel 3
Frekuensi kesalahan penyusunan paragraph dalam skripsi mahasiswa
Aspek Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
Persentase Kesalahan
Kesatuan
114
34,13%
Koherensi
98
29,34%
Pengembangan
122
36,52%
Jumlah
334


Berdasarkan tabel 3 di atas, dari 178 paragraf yang dianalisis, ditemukan 114 (34,13%) yang tidak memenuhi syarat kesatuan, 98 (29,34%) yang tidak koheren, 122 (36,52%) yang tidak ada pengembangan. Berdasarkan perolehan persentase tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa para mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam menyusun paragraf dengan lengkap.


Selasa, 04 September 2012

Autobiografi Sri

Autobiografi
            Pada tanggal 6 Mei 1991 lahirlah seorang anak perempuan yang diberi nama Sri wahyuni. Lahir dari pasangan Emi Sofia dan Baharudin Damanik. Saat malam hari yang sunyi dengan dibantu oleh seorang bidan yang telah berumur, Ibuku dengan sekuat tenaga dan mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan seorang putri yakni saya. Teriakan, tangisan, dan peluh keringat yang mengucur dari tubuh ibu ku membuat ayah dan keluarga menjadi tegang menunggu detik-detik kelahiranku. Duduk di ruang tunggu membuat ayah dan keluargaku menjadi semakin tidak nyaman dengan keadaan ibuku yang sulit melahirkanku ke dunia, namun setelah mengalami perjuangan beberapa saat. Suara tangisan seorang anak perempuan terdengar. Ayah ku tercinta melihat istri dan anaknya yang sempat membuatnya tegang. Saat-saat ketegangan itu kini telah berlalu, ayah dan ibuku serta keluarga gembira menyambut aku yang menjadi anggota keluarga baru dalam melengkapi bahtera rumah tangga mereka.
Kakak ku bertubuh kurus dengan warna kulit yang cukup gelap atau sawo matang. Dia memilki hidung yang mancung dengan bentuk muka yang sedikit panjang. Tubuh yang tidak terlalu besar dan memiliki tinggi yang tidak terlalu tinggi. Dia memiliki hobi memancing dan otomotif. Sering kali dia dimarahi oleh orang tuaku karena suka memancing dan sampai lupa pulang. Kakakku sangat menyukai mengenakan baju kaos dan celana pendek, sehingga penampilannya sangat santai jika terlihat.
Berbeda dengan kakak ku yang bertubuh kurus, ayah tercinta berbadan gemuk dan tegap serta aura kewibawaannya terlihat disaat dia berbicara. Pada wajahnya terlihat garis-garis yang menandakannya telah berumur dan tubuh yang hitam sering bermandikan keringat disaat bekerja. Tenaganya yang tidak sekuat dulu lagi membuatnya cepat untuk lelah dan sulit nafasnya. Rambutnya yang telah mulai memutih menandakan dia telah cukup tua. Sering terlihat olehku dia membaca Al-Quran di malam hari dengan tenang dan beribadah.
Ibuku yang tercinta memiliki muka yang mirip denganku, kulit yang kuning langsat dan bersih. Hidung yang tidak mancung dan bentuk muka yang agak bulat. Ibuku berbadan gemuk seperti ayahku. Tidak hanya gemuk yang mirip dengan ayahku, ibuku juga memiliki tinggi yang tidak terlalu tinggi. Tampak dari garis wajahnya telah mulai menampakkan kerut-kerut yang menandakan dia tidak muda lagi.
Aku bersyukur lahir dari keluarga yang sederhana. Seorang ayah yang memiliki pekerjaan wiraswasta dengan pengahasilannya cukup untuk kehidupan keluarganya. Dia tidak pernah mengenal kata lelah membanting tulang demi keluarganya tercinta dan seorang ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya dengan mengurusi rumah tangga, dia mampu juga untuk menambah penghasilan dari seorang ayah. Ibuku adalah seorang wanita  yang kuat dan tidak pernah mengenal kata lelah dan malas. Mereka membesarkan anak-anaknya dengan penuh harapan agar kami menjadi anak yang berbakti kepada mereka dan beriman. Nasehat-nasehat yang bermanfaat tidak pernah lupa mereka beri kepada kami anaknya.
Aku dan keluargaku tinggal di pemukiman yang masyarakatnya sederhana. Sungai Siak adalah sungai yang tidak asing lagi ditelingaku. Kami tinggal dekat Sungai Siak tersebut, yang datarannya sangat rendah sehingga membuat penduduk di sekitar Sungai tersebut sering mendapat musibah banjir setiap tahunnya. Banjir yang sering memakan korban itu karena merupakan luapan air Sungai Siak telah menjadi sahabat bagiku. Sering kali rumahku terkena banjir hingga kami harus mengungsi dari tempat tinggal. Ibuku sering bercerita bahwa disaat aku berumur setahun, terjadi banjir yang sangat hebat hingga membenamkan rumah warga. Aku dan keluargaku hanya bisa mengungsi dan menyelamatkan diri dari musibah tersebut. Sungai Siak sering mendatangkan banjir secara tiba-tiba dan surut dengan sendirinya setelah memakan korban.
            Waktupun berlalu dengan begitu cepatnya, tidak terasa aku telah memasuki umur setahun, angka yang masih sangat kecil bagi kita. Disaat umur itu, aku telah tumbuh sebagaimana bayi semestinya.Dari belajar merangkak hingga berdiri, aku pelajari di saat umurku menginjak setahun. Ayah dan ibu ku sangat senang melihat pertumbuhan anaknya. Langkah kaki pertamaku sangat berat terlihat oleh orang tuaku. Dengan tertatih-tatih aku berusaha untuk melangkahkan kakiku. Ayah dan Ibu ku selalu mendampingi ku untuk mengetahui perkembangan anaknya. Tidak lupa juga kakak ku yang juga setia menemaniku untuk bermain dan belajar berjalan.
            Semangat yang kuat semua yang diinginkan pasti akan dapat tercapai. Begitulah orang banyak berpendapat. Hal itu memang benar karena dengan berusaha dan selalu dilatih oleh orangtua dan keluarga, akupun dapat berjalan dengan baik. Tampak dari garis-garis muka yang  yang mulai berkerut seorang ayah tertawa melihat anaknya sangat lucu dengan mengenakan baju dan rok kembang yang lucu dihiasi dengan pita rambut di kepalanya berjalan dengan langkah yang tertath-tatih menuju ayahnya dan ayahnya memeluknya dengan penuh kasih sayang. Tidak dapat dibohongi mereka sangat senang dengan perkembangan pertumbuhan anaknya.
            Hari silih berganti, tidak terasa umurku telah memasuki umur lima tahun. Disaat umur ini, aku banyak mendapat sahabat. Sahabat yang paling aku sayangi adalah dua temanku  yakni Riska dan Tari. Mereka adalah sahabatku dari kecil hingga dewasa. Mereka bagaikan saudara bagiku, karena mereka mengerti diriku dan sifatku. Merekalah sahabat yang pertama bagi hidupku.
            Riska adalah seorang gadis yang sangat baik dan sangat memiliki jiwa sosial yang tinggi kepada temannya. Rambutnya yang kriting sering dia ikat dua dan berponi. Tubuh yang mungil sering berlari-lari dengan hati yang selalu riang. Warna kulit yang kulit kuning langsat menambahkan kecantikan di mukanya yang mungil. Berbeda dengan Tari yang memilki tubuh yang cukup besar dan berkulit hitam manis. Rambut yang lurus dan hitam menambah kecantikannya serta hidung yang mancung membuat ku iri dengan kecantikannya. Merekalah yang menjadi sahabat terbaikku.

Memasuki bangku pendidikan, aku langsung masuk Sekolah Dasar (SD). SD ku berada di Rumbai yang bernama SDN 006 Pekanbaru. Sekolah ku itu cukup bagus. Memiliki enam lokal, ruangan guru, ruangan kepala sekolah, dan lapangan yang cukup luas untuk upacara dan olahraga. Lapangan sekolah tersebut dikelilingi oleh lokal dari kelas satu hingga kelas enam. Setelah lokal kelas enam, terdapat ruangan guru dan ruangan kepala sekolah. Tepat di tengah-tengah lapangan sekolah itu berdiri tegak tiang bendera dan di dekat gerbang sekolah terdapat kantin sekolah.
Kesan pertamaku di saat aku memasuki sekolah adalah sangat gugup karena sekolah merupakan lingkungan yang baru bagiku. Namun, setelah menjalani kegiatan di sekolah aku dapat beradaptasi di lingkungan sekolah. Saat hari pertama di sekolah, Ibuku mengantarkanku ke sekolah dan menungguku hingga pulang. Pelajaran saat di kelas satu sangat sulit bagiku. Hal ini membuatku menjadi kesulitan. Namun, sahabatku Riska dan Tari membantuku di saat itu. Hampir setiap hari kembali dari sekolah, aku, Riska, dan Tari belajar bersama terdahulu. Kami belajar membaca dan berhitung. Pelajaran yang tidak kami mengerti, kami tanyakan kepada orang tua hingga permasalahan itu dapat dipecahkan.
Wali kelasku di kelas satu bernama Ibu Yeni, Dia adalah seorang guru yang cukup tegas kepada murid-muridnya. Bertubuh gemuk dan mengenakan kaca mata. Dia sering mengenakan baju muslim dan jilbab. Di saat mengajar, sering kali dia menggunakan rotan untuk mengajar muri-muridnya. Melalui ketegasannya itu, menjadikan murid-muridnya patuh kepadanya. Pelajaran yang diajarkan oleh beliau, cepat kami mengerti. Suaranya yang lantang menambah ketegasan beliaudalam mengajar. Wali kelasku ini mengajar semua mata pelajaran kecuali mata pelajaran bahasa inggris, agama, arab melayu, dan olahraga.
Selain wali kelas, kami juga memiliki guru mata pelajaran bahasa inggris. Guru yang mengajar bahasa Inggris bernama Herman, kami sering memanggilnya Mr.Herman. Berbadan tinggi dan tegap serta berkulit hitam.Sering terdengar olehku, dia sering berbicara dalam bahasa Inggris. Dia adalah salah seorang guru honor karena dia belum menamatkan kuliahnya di perguruan tinggi pada saat itu. Selain di sekolah, beliau juga mengajar di lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris.

 Selain Mr.Herman, ada juga ibu ermawati yakni guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama dan arab melayu. Beliau berbadan tinggi dan kurus serta mengenakan kacamata. Garis-garis muka yang tidak muda lagi. Jilbab dan pakaian muslim selalu terlihat dalam penampilannya. Sebelum mengajar , beliau selalu menyuruh murid-muridnya untuk membaca ayat-ayat pendek suci Al-Quran. Sehingga membuat kami menjadi hafal ayat-ayat tersebut. Selain itu, beliau juga mengajarkan kami cara sholat. Dimulai dari tahap menghafal ayat-ayat bacaan sholat hingga praktek sholatnya. Begitu besar jasanya mendidik kami.
Guru yang mengajar olahraga adalah bapak Hasan, beliau bertubuh kurus dan tinggi. Dapat dilihat beliau memiliki paras muka yang agak panjang Tampak dari rambutnya telah mulai memutih satu persatu dan berwarna kulit sawo matang. Gais-garis mukanya menyatakan bahwa beliau tidak muda lagi. Saat mengajar, suara beliau cukup lantang terdengar. Beliau mengajarkan olahraga setiap hari Sabtu, sebelum mengajar beliau menyuruh melakukan pemanasan.
Guru-guru itu dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bernama Darwis.K. Beliau berkulit hitam dan selalu rapi dalam berpenampilan. Terlihat juga rambutnya yang telah memutih dan kerutan-kerutan yang ada pada mukanya menandakan beliau tidak muda lagi. Beliau adalah pemimpin yang sangat disiplin. Hal ini dapat terlihat dari beliau menjunjung tinggi tata tertib yang ada pada saat itu. Beliau juga terlihat selalu bersahaja kepada earga sekolah. Tidak hanya kepada guru-guru saja beliau bersikap ramah, pada penjaga kantinpun beliau tidak pernah sombong. Masih ingat jelas diingatanku, beliau pernah berpesan kepada kami bahwa untuk menjadi seorang yang berguna maka jadilah seorang yang disiplin. Karena tidak ada orang yang sukses tanpa memiliki kedisiplinan. Setelah saya menerapkan pesan beliau dalam kehidupan sehari-hari, ucapan beliau memang benar.  Pesan yang sangat berguna bagi kami.
Setiap hari Senin, kami warga sekolah selalu melakukan upacara pada pagi harinya. Persiapan dilakukan sebelum upacara dimulai. Barisan dimulai  dari kelas satu lalu dilanjutkan oleh kelas dua, tiga, empat, dan lima. Di depan kami guru-guru juga mengatur barisannya. Tidak jauh dari tiang bendera, telah bersiap tiga orang pembawa bendera dan di samping mereka telah bersiap seorang pemimpin upacara sekolah. Sebelah kanan barisan guru terdapat grup vokal yang terdiri dari murid-murid kelas enam. Saat upacara dimulai, kepala sekolah yang menjadi Pembina upacara.
Berbeda dengan hari Senin, di hari Sabtu kami selalu mengadakan senam pagi yang diikuti oleh guru dan murid. Senam yang dibawakan biasanya dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Sebelum mengadakan kegiatan bersama, guru dan murid mengatur barisannya agar disaat senam semua teratur dan rapi. Barisan terdepan biasanya diisi oleh perwakilan kelas empat, lima, dan enam yang telah menghafal gerakan senam. Setelah barisan terdepan tersebut, diikuti oleh siswa dan siswi yang mengikuti senam dan barisan yang paling belakang diisi oleh guru-guru yang mengikuti kegiatan senam. Setelah barisan tersusun rapi dan teratur, maka dimulailah kegiatan senam tersebut. Kegiatan ini menumbuhkan sikap kebersamaan yang kuat antara sesama guru, sesama murid, maupun murid dengan guru.
Waktupun berlalu dengan cepat, detik-detik penerimaan lapor kenaikan kelas datang. Wali muridpun datang yang didampingi oleh anak-anak mereka, begitu juga dengan diriku yang datang bersama ayahku. Setelah tiba di ruangan, wali murid semua terkumpul, dan gurupun mengumumkan murid-murid yang berprestasi. Diantara penyebutan nama-nama itu, aku tidak termasuk. Aku merasa iri kepada teman-teman yang mendapat penghargaan atas prestasi mereka. Namun aku tetap memberi pujian kepada mereka. Gurupun memanggil nama murid-muridnya satu persatu, tidak lama kemudian tibalah giliranku. Aku merasa gugup pada saat itu, aku terpaku melihat nilai-nilaiku pada saat itu. Nilai yang bisa dikatakan masih sangat kurang. Tidak ada yang bisa dibanggakan dengan nilai itu karena nilaiku itu hanya rata-rata kelas saja. Nmaun, aku akan mengubah pola belajarku lagi dan orangtuaku juga member motivasi kepadaku agar meningkatkan lagi prestasiku.
Sehabis menerima lapor, hari waktu liburanpun datang. Ayah dan ibu mengajakku dan kakak pergi ke Padang. Kami menghabiskan waktu di sana untuk mengisi waktu liburan. Kami sempat melihat matahari terbenam. Di hadapanku terlihat laut biru yang membentang dan angin yang bertiup cukup kencang. Di saat matahari terbenam itu, matahari terlihat indah pada saat itu dengan dihiasi langit yang berwarna kemerahan. Terlihat burung-burung terbang di atas laut seperti sedang mengintai mangsanya di laut. Pemandangan itu sangat indah. Aku duduk di atas batu-batu besar untuk menikmati pemandangan itu. Aku juga melihat seorang bapak-bapak yang sedang memancing dengan tenangnya. Liburan yang sangat menyenangkan bagiku.

Selain melihat pemandangan matahari terbenam, kami juga pergi ke Danau Singkarak. Dalam pejalanan ke sana, aku dan kakak saling bersenda gurau. Aku melihat  melalui kaca mobil, telah terlihat hamparan danau yang luas. Airnya tampak berwarna biru, dan dikelilingi  dan oleh gunung. Sepanjang jalan, aku memandanginya. Sebelah kanan jalan terdapat rel kereta api, bentangan sawah, dan rumah warga. Sawah itu ada yang telah mulai menguning dan sebagian lagi baru ditanam. Tiba-tiba mobilpun berhenti di tepi danau itu. Aku dan kakak ku langsung menuju ke danau itu dan mandi. Ayah dan ibu menunggu kami tepat di  bawah pohon ceri yang rindang sambil menyantap beberapa makanan ringan dan minuman. Terasa angin yang sangat sejuk selalu bertiup tanpa hentinya membuat kami ingin berlama-lama di sana. Namun, kami harus tetap pulang untuk melanjutkan aktivitas yang dilakukan sehari hari.
Hari pertama aku masuk sekolah setelah liburan sangat senang sekali. Aku bersemangat bangun pagi dan siap-siap pergi ke sekolah. Setelah sarapan pagi, Tari dan Riska memanggilku untuk pergi ke sekolah bersama. Kamipun berjalan ke luar gang bersama-sama dan sesampainya di ujung gang, kami menaiki angkot untuk ke sekolah. Tiba di sekolah, aku merasa asing dengan ruangan kelasku yang baru. Terlihat lebih rapi dengan suasana yang baru. Terdapat beberapa kerajinan murid yang di gantung di dinding dan ada lemari di sebelah meja guru. Lemari itu berisi beberapa kerajinan tangan murid, buku-buku yang tersusun rapi, perlengkapan alat tulis. Selain itu, di atas meja guru terdapat pot bunga yang berisi bunga plasik. di meja-meja murid itu terdapat coretan-coretan yang membuat kotor meja itu. Bukan hanya meja saja yang seperti itu, kursi-kursi muridpun penuh dengan coretan yang tidak berguna.
Sebelum memasuki pelajaran, kami berdoa dahulu dan memberi salam kepada guru. Dihari pertama guru tidak mengajarkan pelajaran langsung, beliau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Ibu itu bernama Sari. Ibu itu mengenakan kacamata dan mengenakan baju muslim. Dari wajahnya dapat terlihat garis-garis muka yang tidak muda lagi. Ternyata benar, dia telah berumur 40 tahun dan telah memiliki dua anak.Beliau berkulit kuning langsat dan bentuk muka yang agak panjang. Selain memperkenalkan diri, beliau juga memberikan tata tertib saat belajar dengannya. Guru ini sangat mementingkan catatan yang dimiliki murid-muridnya. Setiap mata pelajaran harus ada buku catatan tersendiri yang sewaktu-waktu akan diperiksa oleh beliau. Selain wali kelas, guru mata pelajaran lain juga tetap masuk ke kelas kami seperti Mr. Herman, Ibu Ermawati, dan Bapak Hasan.
Hari kedua kamipun mulai belajar. Saat kelas dua ini saya telah mulai berusaha untuk  memperbaiki nilai. Riska dan Tari menjadi teman yang setia menjadi teman belajarku saat pulang sekolah. Setelah belajar kamipun sering bermain bersama hingga sore hari. Kami belajar bersama di rumah Riska. Saat kami belajar, biasanya dibimbing oleh kaka Riska. Kakak Riska adalah seorang guru sehingga kamipun tidak kwatir lagi jika ada kesulitan dalam belajar. Kakak Riska bernama Irfin yang sekarang mengajar di sekolah bagian kejuruan. Dia termasuk guru muda itu terlihat dari penampilannnya. Dia sering mengenakan baju kemeja sehingga membuatnya terlihat rapi. Kulitnya yang kuning langsat dan badannya agak berisi. Dia sangat baik terhadap kami dan tidak marah ketika kami banyak bertanya.
Hari-haripun berlalu, tibalah hari untuk menyambut bulan ramadhan. Sebelum memasuki bulan puasa, kita mempunyai tradisi untuk mandi balimau. Riska, Tari,dan saya hanya melakukan mandi balimau itu di rumah masing-masing. Pada siang harinya, ibu menasehatiku agar mulai berpuasa setengah hari pada esok harinya. Puasa adalah hal tersulit bagiku pada saat itu, karena masih banyak teman-temanku yang tidak berpuasa dan makan di depanku. Tetapi aku akan mencobanya. Ibu menasehatiku sambil memasak masakan untuk sahur pada esok hari.Akupun membantu ibuku memasak.
Keesokan harinya, ibu membangunkanku untuk sahur bersama. Aku mulai membuka mata dan menuju ruang makan. Terlihat olehku hidangan makanan yang telah disiapkan oleh ibu, lengkap dengan minuman teh hangat. Ayah dan kakak telah duduk didekat hidangan itu, tiba-tiba ibu menyuruhku untuk duduk di samping kakakku. Sebelum menyantap makanan sahur itu, terlebih dahulu kami berdoa dan setelah itu, kami menyantap hidangan yang telah disiapkan.
Bunyi tanda untuk memulai puasapun terdengar, dan beberapa menit kemudian terdengar adzan subuh yang memanggil umatnya untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Ayah menyuruh kami untuk segera mengambil wudhu sedangkan ibu sedang berkemas-kemas membereskan meja makan. Kami melakukan ibadah sholat subuh itu berjamaah di rumah. Ayahku berdiri menjadi imam di depan. Setelah sholat selesai aku dan kakak ku tertidur.
Hari pertama puasa sangat berat bagiku, karena aku anak yang baru belajar untuk menjalani ibadah puasa. Pada hari itu juga kebetulan sekolah kami libur. Riska dan Tari datang ke rumah ku dan mengajak ku bermain dan akhirnya akupun ikut dengan mereka. Tidak ku sangka telah banyak teman-teman yang lain berkumpul, kak Dayat,Sigit, Lia, Hendra, Ema, Maya, dan kak Fitri. Mereka adalah teman-teman yang bertempat tinggalku.
Kak dayat adalah seorang laki-laki yang bertubuh kurus dan berkulit hitam. Umurnya beda setahun dariku, namun aku tetap sekelas dengannya karena dia pernah tinggal kelas. Rambutnya keriting dan hidungnya mancung. Suaranya sangat lantang, apalagi ketika dia sedang marah. Dia sering mengenakan baju kaos dan celana pendek. Hobinya sangat menarik yakni suka mengotak-atik sepeda dan sepeda motor. Dia lahir dari keluarga yang mempunyai usaha bidang otomotif. Saat berbicara, dia sangat sulit untuk mengucapkan huruf “R” dan dia termasuk salah seorang murid yang belum bisa membaca di sekolah. Dia termasuk anak nakal di sekolah, sering kali dia dimarahi oleh guru karena menjahili siswa lain dan mencoret-coret meja sekolah.
Berbeda dengan kak Dayat, Maya adalah seorang siswi yang pintar. Selain itu dia cantik dengan rambut lurus panjang hingga pinggulnya yang sering digeraikannnya. Tubuhnya kecil dan tidak terlalu tinggi. Kulitnya kuning langsat dan ada tahi lalat di pipi sebelah kanan. Paras mukanya agak panjang. Ayahnya menjabat sebagai ketua RT di lingkungan kami. Dia sangat berprestasi di sekolah dan sering mendapat juara kelas. Memang tidak salah orang mengatakannya sebagai bintang kelas. Dia memiliki hobi memasak, dari umur enam tahun telah pandai memasak. Selain itu, dia juga gemar dengan mata pelajaran matematika. Dia sangat suka ilmu berhitung itu, hal itu dibuktikan dengan nilai matematikanya selalu di atas rata-rata kelas.
Lia dan sigit adalah saudara sepupu. Lia bertubuh kurus dan tinggi dengan kulit yang kuning langsat. Tingginya melebihi Sigit. Lia adalah serang gadis yang sering menirukan penampilan laki-laki. Berbeda dengan Kakaknya, Sigit adalah seorang laki-laki yang memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi. Badannya tidak terlalu kurus. Matanya sipit mirip dengan orang Cina. Sigit tidak pernah malu untuk bermain bersama anak perempuan. Kami sering sekali bermain masak-masakan di sebuah pondok yang tidak dihuni lagi. Pondok itu terletak tepat di samping rumahku. Pondok itu dikelilingi oleh ilalang yang cukup tinggi, namun masih kokoh berdiri. Pondok itu menjadi tempat pos bermain kami untuk berkumpul bersama-sama karena dapat terlindung dari terik sinar matahari dan hujan.
Hendra, Ema, dan Kak Fitri memiliki karakter yang berbeda-beda. Hendra adalah orang yang pendiam, dia hanya berbicara jika diajak tetapi dia lebih banyak diam. Penampilannya berbeda dengan anak-anak lainnya. Dia anak yang rapi dan lebih terlihat bersih dari pada kami. Dia sering mengenakan baju kemeja dan celana panjang. Rambutnya lurus dan hitam. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, hampir sama tingginya dengan Sigit. Kulitnya sawo matang dan paras mukanya agak panjang. Ema dan kak Fitri adalah dua orang yang memiliki karater tersendiri. Kak Fitri adalah perempuan yang mempunyai umur yang tiga tahun lebih tua dariku. Dia adalah saudara kandung Maya dan juga sangat cantik. Dia bertubuh tinggi dan kurus. Kulitnya kuning langsat. Dia sangat suka mengikat rambutnya yang panjangnya sebahu itu. Jari-jari tangannnya sangat lentik dan sangat suka menari.  Dia sering mengajarkan kami menari. Berbeda dengan kak Fitri, Ema adalah anak yang memiliki kulit hitam dan rambutny yang ikal dengan panjang sebahu. Dia hampir sama dengan kak Dayat sulit untuk menyebut huruf “R”.
Setelah aku melihat mereka, kami beramain bersama tepatnya di sebuah lapangan sepak bola yang hijau. Lapangan itu jarang digunakan oleh warga dan terletak di tengah-tengah antara rumah nenek Ema dan rumah Hendra. Lapangan itu dikelilingi oleh ilalang yang tumbuh dan banyak rumput-rumput liar yang tumbuh. Tampak jelas bahwa lapangan sepakbola ini jarang dibersihkan warga. Di samping kanan lapangan sepak bola itu terdapat pohon kelapa yang cukup tinggi.

Setelah bermain-main bersama, kami beristirahat di bawah pohon kelapa itu. Sangat letih rasanya bermain di saat bulan puasa. Kami berpuasa semuanya. Akhirnya kami mengakhiri permainan kami dan pulang ke rumah masing-masing. Tiba di rumah sangat letih dan saya tidur siang untuk menghilangkan keletihan yang dirasakan.Saat bangun pada sore hari memuat saya telah kehabisan energi. Dug…dug…dug… terdengar suara berbuka puasa. Aku melihat di depan ku hidangan yang sangat banyak. Makanan dan minuman semuanya terletak di meja. Semuanya terlihat menyegarkan. Ayah dan ibu telah duduk, aku dan kakak ku menyusul mereka dan duduk untuk berbuka. Sebelum berbuka kami berdoa terdahulu. Setelah berbuka bersama, kami menjalani ibada sholat maghrib bersama lalu pergi ke mesjid untuk menjalani ibadah tarawih.
Begitulah saya melewati bulan puasa ketika kecil. Hari-hari menuju kemenanganpun telah tiba. Tidak lupa ibu mengajak aku dan kakak ku berbelanja baju untuk lebaran. Setelah membeli baju lebaran, ibu tidak lupa membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Aku membantu ibu membuat beraneka ragam kue yang disiapkan untuk lebaran. Rumah juga dibersihkan dan dicat ulang oleh ayahku. Tidak lupa pula kakak yang turut membantu ayah. Ketika ayah mngecat rumah, aku dan ibu memasak beraneka masakan yang disiapkan untuk para tamu yang datang ke rumah untuk bersilaturhmi.
Hari kemenangan itupun datang, suara takbir bergema di seluruh penjuru negeri. Orang-orang saling tersenyum dan berbondong-bondong ke mesjid untuk melaksanakan sholat idul fitri. Setelah sholat, kami sekeluarga ke rumah nenek untuk bersilatirahmi. Ketika sampai di depan rumah nenek telah terlihat keluarga besar nenek ku telah berkumpul. Nenek juga ada di sana dengan mengenakan kacamata, berpakaian muslimah, dia duduk dan menyuruh kami untuk duduk. Setelah kami berkumpul semua, semuannya saling bermaaf-maafan antara yang satu dengan yang lainnya. Aku meminta maaf kepada orang tuaku terlebih dahulu lalu kepada nenek dan saudara yang lainnnya.
Hari-hari kemenangan itupun berlalu, maka liburanpun telah selesai. Semua siswa kembali ke sekolah. Aktifitas belajar yang tinggalkan akan mulai kami terapkan kembali. Seperti biasanya, kami belajar di rumah Riska. Hari pertama masuk sekolah, kami tidak langsung belajar. Namun kami tetap belajar sepulang sekolah. Saat kami belajar, ibu Riska sering menyiapkan makanan kecil dan minuman untuk kami. Kedua orang tua Riska sangat baik terhadap kami. Di sela-sela kegiatan belajar kami sering bersenda gurau agar tidak jenuh. Kegiatan belajar ini rutin dilakukan agar pelajaran yang telah dipelajari di sekolah tidak mudah lupa dan kegiatan belajar ini membantu kami untuk belajar secara bersama dan memecahkan masalah soal-soal yang telah ada secara bersama-sama. Pelajaran yang kami utamakan adalah matematika dan Bahasa Indonesia. Terlihat olehku meja belajar Riska penuh kami isi dengan buku-buku pelajaran dan ibu Riska meletakkan makanan dan minuman itu di samping buku-buku yang berantakan itu. Ibu Riska selalu menasehati kami agar tidak banyak bermain dan membuang waktu yang sia-sia. Ibu Riska bernama Ibu Atik, dia selalu mengenakan jilbab kemanapun di pergi dan berpakaian muslimah.Kami sering belajar bersama karena rumah kami yang berdekatan. Rumah Riska terletak di sebelah kanan rumahku dan rumah Tari terletak di sebelah kiri rumahku. Jarak rumah kami hanya berjarak tiga rumah.
Kegiatan belajar itu sangat bermanfaat bagi kami. Hal ini terbukti dari ulangan harian yang kami dapatkan mendapatkan nilai yang cukup bagus. Sehingga hal ini membuat kami menjadi optimis agar mendapat prestasi menjadi sepuluh besar di kelas saat penerimaan lapor nanti. Riska, Tari, dan saya mulai berani ke depan kelas untuk mengerjakan soal-soal di papan tulis. Detik-detik penerimaan lapor caturwulan pertama, seperti biasanya wali murid datang untuk menjemput hasil belajar anak mereka selama satu semester. Tidak di sangka-sangka aku, Riska, dan Tari mendapat sepuluh besar di kelas. Kami sangat gembira sekali. Orang tua kami juga senang pada saat itu. Tidak sia-sia kami belajar bersama selama ini.
Kesan pertamaku mendapat prestasi ini, disaat itu tidak percaya. Nilaiku di kelas satu yang masih tertinggal jauh kini dapat mengejar mereka. Riska dan Tari juga sama denganku. Setelah penerimaan lapor itu, kami bertukar lapor. Melihat perbandingan nilai diantara kami. Setelah dibandingkan, nilai Riska yang tinggi diantara kami bertiga. Walaupun begitu, aku dan Tari tetap mengucapkan selamat kepada Riska. Kegiatan belajar kami itu tidak berhenti disaat pengambilan lapor tersebut. Kami masih melanjutkan kegiatan itu, tetapi sayangnya sudah jarang kami melakukannya karena sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti mengaji. Penerimaan lapor untuk kenaikan kelas tigapun tiba, nilai kami tidak berbeda jauh dengan penerimaan lapor yang sebelumnya. Namun, kami puas dengan hasil tersebut dan akan lebih meningkatkan lagi prestasi kami.

Prestasiku di saat kelas tiga, emapat, dan lima semuanya hampir sama. Tidak ada perubahan jauh. Namun yang berkesan adalah wali kelas yang berbeda pada tiap kelas. Di saat kelas tiga, wali kelas kami adalah Ibu Eli Taher, kelas empat dipimpin oleh ibu Hasnidar dan kelas lima ibu Lamriah. Ibu Eli Taher adalah guru yang suka mengenakan kacamata dan berjilbab. Telah tampak garisan-garisan muka yang tidak muda lagi. Suaranya sangat lantang. Paras mukanya panjang dan berhidung mancung. Tubuhnya pendek dan gemuk. Dia adalah guru yang aku sukai pada waktu itu. Ibu hasnidar juga mengenakan jilbab dan kacamata. Dia memiliki suara yang serak dan suka memegang rotan jika mengajar. Kulitnya putih dan hidungnya mancung. Salah satu yang khas dari cara belajarnya adalah suka mencubit anak yang salah ketika belajar. Sehingga itu membuat kami takut ketika belajar bersama beliau. Ibu Lamriah berasala dari Sumatra utara, ini dapat terlihat dari logat bahasa beliau yang sedang berbicara. Ibu tersebut jarang tersenyum, garis-garis mukannya menandakan dia tidak muda lagi. Ibu itu bertubuh gemuk, pendek, dan berkulit hitam. Paras mukanya bulat dan Hidungnya tidak kelihatan mancung. Beliau juga memiliki karakter tersendiri dalam mengajar yakni suka memukul tangan muridnya dengan rotan jika meribut.
Saat aku menduduki kelas lima, tidak di sangka-sangka aku mendapat seorang adik. Adik ku seorang perempuan, dia berkulit hitam dan berambut hitam lurus. Badannya gemuk dan tubuhnya cukup tinggi. Hidungnya tidak terlalu mancung dan dia memiliki sifat yang periang. Dia memiliki paras muka yang bulat dan sedikit kelihatan gemuk di bagian pipi. Dia sangat di mnjakan oleh orangtuaku. Kini Kamarku bertambah satu orang. Tepatnya di samping tempat tidurku ada tempat tidur adik ku. Lemariku juga berada berdampingan dengannya.
Saat kelas enam SD, saya mulai takut menghadapi ujuan kelulusan. Ujian ini menentukan keberhasilan belajarku selama enam tahun. Gurupun menyiapkan persiapan-persiapan untuk menghadapi ujian kelulusan seperti uji coba (try out) dan bimbingan belajar. Kurang lebih enam bulan kami mengikuti bimbingan belajar. Hari-hari ujian akhir itupun datang, dengan berpakain rapi dan menyangkutkan kartu peserta ujian di bajuku aku mengikuti ujuan. Sebelum masuk kelas semua siswa diperiksa satu persatu agar tidak ada kecurangan yang terjadi saat ujian berlangsung. Di ruangan ujian, say dan teman-teman merasa takut dan kami semua berdoa agar kami dapat lulus semuanya. Pembagian soal ujianpun datang, aku membaca soal itu dengan seksama dan menjawabnya dengan hati-hati. Sebelum mengumpulkan lembar jawaban, terlebih dahulu memeriksa jawaban saya.

Waktu ujianpun berakhir, tibalah saat melihat hasil kelulusan. Pengumuman kelulusan itu diberi tahu pada pagi hari. Semua siswa kelas enam telah berkumpul untuk mendengar pengumuman kelulusan. Tidak disangka-sangka, semua murid kelas enam pada saat itu lulus semua. Kamipun senang sekali, dengan didampingi orang tua semua siswa menghadiri acara perpisahan. Pada acara itu semua siswa sangat sedih sekali meninggalkan sekolah tersebut. Saat bersalaman dengan guru, beberapa murid dan guru menangis. Wali muridpun juga ada yang menangis. Suasana itu semakin haru dengan dimainkannya lagu himne guru. Suasana semakin haru pada saat itu walaupun pembukaan acara perpisahan itu sangat meriah dan gembira. Pentas  yang telah oleh beberapa balon dan kertas warna-warni itu kini menjadi tempat bagi kami untuk bersilaturahmi kepada guru-guru.
Setelah lulus Sekolah Dasar (SD), saya, Riska, dan Tari melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat memasuki SMP, kami bertiga memilih sekolah yang berbeda. Aku memilih SMP N 30 Pekanbaru. Sekolah ini terletak di dekat pasar rumbai, tepatnya di dalam pemukiman perumahan perumnas. Sekolah berdekatan dengan mesjid Al-Muhajirin. Bangunan sekolah ini tidak terlalu besar, karena sekolah ini berdiri pertama kali pada tahun 2004 dan memiliki akreditasi B. Bangunan sekolah ini berdampingan dengan Sekolah Dasar. Sekolah ini juga memiliki ruangan kelas sebanyak tujuh kelas. Sehingga ruangan kelas digunakan secara bergantian. Di samping kelas tujuh terdapat ruangan guru dan kepala sekolah. Di belakang kelas Sembilan terdapat toilet untuk para siswa dan guru. Saya memilih SMP ini karena pilihan orang tua. Mereka berpendapat bahwa sekolah ini dekat dari rumah.
Masuk ke sekolah ini juga melalui tes, setelah mendaftar akupun mengikuti tes yang diikuti oleh siswa lainnya. Tes yang aku ikuti itu tidak sia-sia, akupun lulus masuk ke sekolah tersebut. Maka akupun melihat pengumuman bagi siswa baru agar mengikuti MOST (Masa Orientasi Sekolah). Kegiatan MOST itu dipimpin oleh beberapa kakak-kakak senior. Kegiatan itu sangat membuat kami letih. Kami disuruh berpakaian yang tidak selayaknya. Murid baru laki-laki dan perempuan harus mengenakan topi yang terbuat dari kertas karton, kaus kaki yang berbeda warna, dan mengenakan dasi yang terbuat dari petai. Kakak-kakak senior itu sangat menguji kesabaran kami. Mereka meminta kami untuk berbuat sesuatu yang membuat kami malu, seperti bernyanyi, berakting, dan membersihkan selokan sekolah.

Saat Most tersebut aku mendapat teman-teman baru. Mereka adalah Sri, Qoriah,Noprita dan Nurhidayati. Sri berambut panjang hingga ke pinggul dan tidak terlalu tinggi. Dia berkulit hitam manis dan memiliki paras muka yang agak panjang. Dia beralamat di sekitar lingkungan rumahku juga, tetapi berbeda gang sehingga aku tidak mengenalnya. Temanku yang kedua adalah Qoriah. Dia berambut panjang hingga bahu dan memiliki badan yang besar dan tinggi. Bentuk mukanya bulat dan berhidung tidak terlalu mancung. Dia memiliki kulit sawo matang dan bertempat tinggal di jalan Nelayan yang masih bêrtempat tinggal di Rumbai. Temanku yang selanjutnya adalah Nurhidayati. Dia memiliki tubuh yang gemuk dan putih. Suaranya sangat lembut dan kecil. Tingginya hampir sama dengan Qoriah dan juga memiliki hidung yang tidak terlalu mancung. Dia bertempat tinggal tidak jauh dari sekolahku. Temanku yang terakhir adalah Noprita. Dia adalah wanita yang berambut panjang hingga pinggul dan ikal. Warna kulitnya kuning langsat dan berhidung mancung. Tinggi badannya tidak terlalu tinggi dan ukuran badannya tidak terlalu tinggi.
Setelah melewati hari-hari MOST, sayapun bersiap-siap untuk memasuki ajaran baru di SMP. Semua telah disiapkan seperti buku-buku tulis dan alat tulis yang dimasukkan dalam tas. Setelah berkemas-kemas, pada pagi itu saya langsung berangkat ke sekolah dan tidak lupa menyalami orang tua terlebih dahulu. Angkot yang saya naiki hanya berhenti di pasar Rumbai, lalu berjalan menyusuri perumahan warga hingga akhirnya tiba di sekolah. Terlihat olehku banyak teman-teman baru bagiku dan guru-guru baru. Teng…teng…teng… bunyi lonceng pertanda kami harus masuk kelas. Sebelum itu, kami berbaris terdahulu di depan kelas. Saat kami telah rapi berbaris, datanglah seorang guru ke kelas kami lalu meminta salah seorang dari kami memimpin barisan tersebut. Setelah barisan disiapkan, guru itu menyuruh kami untuk masuk kelas. Sebelum kami berkenalan, kami berdoa terlebih dahulu dan mulailah perkenalan itu. Guru itu merupakan wali kelas kami yang bernama ibu Erta Yeni. Dia berpenampilan sangat muslimah karena dia merupakan guru mata pelajaran agama. Beliau berkulit putih dan bersih. Tubuhnya sedikit gemuk dan pendek. Terlihat dari pipinya yang berisi membuat muka ibu itu bulat. Hidungnya tidak terlalu mancung dan suaranya sangat lantang didengar. Ibu itu beralamat tidak jauh dari sekolah kami. Dia memiliki peraturan yang sangat tegas kepada kami. Jika kami melanggar, maka kami akan diberi sangsi.

            Setelah itu, maka dipilihlah para siswa yang ikut ke organisasi seperti ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, dan lain-lain. Pemilihan itu dilakukan dengan pengambilan suara terbanyak. Setelah pemungutan suara, maka terpilihlah Van Okta menjadi ketua kelas. Dia adalah laki-laki yang cukup tegas. Van Okta berbadan gemuk dan berkulit putih. Rambutnya hitam pendek dan lurus.  Tampak dari pipinya yang gemuk ada jerawat-jerawat yang baru tumbuh. Ada juga beberapa kumis yang baru tumbuh menandakan dia baru mengalami puberitas. Posisi duduknya tidak jauh dari tempatku. Hanya berbeda dua meja dari ku. Dia duduk dengan seorang temannya yang sangat nakal bernama Ian. Ian sering menjahiliku. Dia mengenakan kacamata tebal dan ada tahilalat di dagunya. Tubuhnya tidak terlalu gemuk dan tingginya hampir sama dengan Van okta. Rambutnya keriting, hidungnya mancung, dan mempunyai warna kulit yang agak gelap. Semua muridpun setuju dengan diangkatnya Van Okta menjadi ketua kelas dan yang terpilih menjadi wakil ketua kelas adalah Teguh Saputra.  Teguh saputra adalah anak yang pendiam. Badannya kurus dan tinggi. Kulitnya bewarna putih dan rambutnya keriting. Dia bertempat tinggal di jalan Nelayan.
            Setelah pemilihan orang-orang yang ikut berorganisasi, wali kelaspun memohon diri dan kami menunggu guru mata pelajaran yang akan masuk ke kelas kami. Guru mata pelajaran berbeda seperti ibu Nurhikmah. Dia termasuk guru yang baik dan ramah  kepada kami. Beliau mengajarkan mata pelajaran biologi. Dalam mengajar, metode yang banyak diterapkan beliau adalah metode ceramah. Karena sekolah kami tidak ada ruangan praktek sehingga sangat sulit bagi kami untuk menerapkan metode penelitian. Ibu ini bertubuh gemuk dan tidak terlalu tinggi. Beliau mengenakan jilbab dan berbusana muslim ketika mengajar. Dari garis-garis mukanya tampak bahwa dia adalah guru yang belum tua. Kulitnya putih dan ketika mengajar suaranya cukup lantang didengar. Ibu tersebut sering membawa anaknya ke sekolah yang baru berumur lima tahun. Anaknya seorang anak laki-laki. Saat beliau masuk pertama kalinya ke kelas kami, beliau memperkenalkan dirinya dan member tahu kami mengenai biografi ibu tersebut. Setelah beliau memperkenalkan dirinya, maka giliran kamilah untuk memperkenalkan diri masing-masing ke depan kelas. Kami memperkenalkn diri kami secara bergiliran kepada ibu tersebut. Setelah perkenalan berakhir, maka ibu tersebut memberitahu kami mengenai aturan belajar ketika bersama ibu tersebut lalu kami pun memulai pelajaran.
            Berbeda dengan ibu Nurhikmah, guru yang mengajar bahasa Inggris sangat tegas dan sulit untuk tersenyum ketika mengajar. Dia sangat serius ketika mengajar dan tidak boleh satu muridpun meribut meribut di saat beliau mengajar. Ketika beliau mengajar, suasana menjadi tegang dan murid-muridpun takut untuk bertanya mengenai pembahasan yang sedang diajarkan. Pertama kali beliau masuk ke kelas kami, beliau meminta kami untuk memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris. Maka kamipun dengan rasa takut memperkenalkan diri kami dengan menggunakan bahasa inggris yang dikuasai selama ini. Lalu beliau memberikan peraturan kepada kami agar setiap mata pelajaran bahasa Inggris kami wajib membawa kamus. Jika tidak membawa kamus, kami harus mendapatkan hukuman yakni hormat tiang bendera sampai jam pelajarannya habis. Ibu itu bernama Eli. Dia berbadan gemuk dan mempunyai tahi lalat di bawah bibirnya. Warna kulitnya putih dan berhidung mancung. Dia juga mengenakan jilbab dalam penampilannya. Dia jarang menggunakan kacamatanya tetapi kacamatanya itu selalu diletakkan di meja saat dia mengajar dan sesekali dia menggunakannya. Ketika dia mengajar suaranya sangat lantang, terlebih lagi jika dia sedang marah kepada seorang murid dan memarahi anak tersebut.
            Guru yang ada di sekolah saya pada saat itu berbeda-beda karakter, ada juga guru yang memiliki rasa humor yang tinggi. Dia sering membuat suatu kelucuan dalam mengajar. Bapak itu bernama bapak zulfian. Mata pelajaran yang diajarkannya adalah pendidikan agama islam. Bapak itu selalu berpenampilan rapid an selalu mengenakan peci pada kepalanya. Beliau memiliki tubuh yang tegap dan cukup tinggi. Kulitnya agak gelap dan hidungnya mancung. Bapak ini memiliki kumis dan paras mukanya agak panjang. Saat tidak mengajar, sering terlihat olehku beliau menghisap rokok di ruangan guru dan itu telah menjadi suatu kebiasaan baginya. Saat berpapasan di jalan, beliau sering tersenyum kepada murid-muridnya dan tidak pernah menampakkan wajah sombong kepada murid-muridnya sehingga semua murid-murid menjadi akrab bersamanya.

            Saya pun menjalani aktivitas sekolah seperti biasanya hingga tamat dari sekolah tersebut. Tahun 2007  saya masuk Sekolah Menengah Atas dan saya mencoba tes di SMA N 3 Pekanbaru. Sekolah itu terletak berdampingan dengan Universitas Politeknik dan SMK N 5 Pekanbaru. Tidak jauh dari sekolah itu terdapat Universitas Lancang Kuning  Sebelah kanan sekolah itu ada sebuah taman yang bernama Politeknik. Lingkungan sekolah itu berdekatan dengan perusahaan Cevron sehingga menjadikan sekolah itu memiliki fasilitas yang lengkap karena banyak mendapat bantuan dari Cevron. Sekolah itu menjadi favorit dikalangan siswa-siswa yang baru tamat SMP. Saya pun memberanikan diri untuk tes di sana, walaupun banyak saingan dan siswa yang lebih unggul dariku. Namun, saya tetap optimis untuk lulus di sekolah tersebut. Hari untuk ujian tes pun tiba, saat saya berusaha mengerjakan soal-soal tersebut agar dapat lulus. Saya mengikuti ujian tes itu bersama sahabatku Tari. Ketika melihat pengumuman penerimaan siswa baru SMA N 3 Pekanbaru  tahun 2007, saya dan Tari sangat gugup. Tari dan saya mencari nomor ujian kami yang tertera di surat pengumuman itu, saya tidak teliti melihatnya sehingga menganggap bahwa tidak lulus. Tari dengan telitinya mencari nomor ujiannya, namun tetap tidak ditemukan. Tari pun sedih pada waktu itu dan aku tetap memberinya semangat agar mencari sekolah yang baru bersamaku. Tari tiba-tiba mengatakan bahwa diriku lulus masuk sekolah itu dan menunjukkan nomor ujianku yang tertera di surat pengumuman tersebut. Aku merasa senang sekali, namun ku tetap tidak menampakkan kesenanganku yang berlebihan di depannya. Karena saya tahu kesedihannya pada saat itu. Selain Tari, banyak siswa-siswa yang lainnya mendaftar tidak diterima. Antara mereka ada yang menangis karena tidak menerima kegagalan mereka. Tetapi orang tua mereka tetap member semangat kepada mereka agar mencari sekolah yang lain.
            Setelah saya lulus, semua siswa-siswa angkatan 2007 dikumpulkan di halaman sekolah. Ketika saya melihat seluruh sudut-sudut sekolah itu, semuanya sangat lengkap. Halaman sekolahnya sangat luas yang dikelilingi oleh kelas-kelas murid dan ruangan guru. Kelas berjumlah dua puluh lima kelas dan di lengkapi dengan laboratorium biologi, laboratorium kimia, laboratorium komputer, musholla yang berjumlah dua, kantin yang berjumlah tiga, dan laboratorium bahasa. Sekolah ini juga memiliki ruangan perpustakaan yang luas. Di setiap kelas memiliki kipas angin, lampu yang cukup terang, CCTV yang digunakan oleh kepala sekolah untuk melihat situasi kelas, dan alat-alat perlengkapan belajar. Laboratorium komputernya memiliki lebih dari empat puluh komputer dan ruangannya sangat nyaman karena dipasang alat pendingin ruangan (AC). Ruangan itu juga memiliki peralatan infokus untuk belajar. Setiap computer telah di fasilitasi oleh internet sehingga murid dapat bermain internet kapanpun. Laboratorium ini terletak di sebelah ruangan guru.
Laboratorium bahasa juga memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Didalam ruangan itu dilengkapi infokus dan komputer untuk setiap siswa. Ruangan dipasang alat pendingin (AC) agar belajar dapat berjalan nyaman. Laboratorium ini terletak di sebelah kantin yang berada diujung sekolah. Laboratorium biologi memiliki fasilitas yang sangat memadai. Di tunjang dengan alat-alat praktek yang cukup seperti mikroskop dan beberapa alat-alat yang digunakan untuk praktek mata pelajaran biologi. Dalam laboratorium itu terdapat beberapa hewan yang diawetkan, tersimpan utuh disebuah lemari seperti ular, kalajengking, dan hewan-hewan lainnya. Dalam ruangan itu juga terdapat infokus untuk menunjang kegiatan proses belajar mengajar. Laboratorium ini terletak di sebelah ruangan kelas kelas tiga jurusan IPA. Laboratorium kimia juga sangat lengkap fasilitasnya. Dalam lemari terletak bahan-bahan kimia untuk praktek kimia seperti spiritus, air keras, dan bahan-bahan kimia lainnya. lemari itu juga menyimpan alat-alat yang digunakan dalam praktek kimia. Laboratorium ini terletak di sebelah ruangan laboratorium bahasa. Musholla yang berdiri di sekolah ini berjumlah dua yang terletak terpisah. Musholla pertama terletak di  sebelah ujung kanan sekolah dan musholla yang lainnya terletak di belakang lokal kelas dua. Musholla itu dilengkapi oleh perlengkapan sholat seperti sajadah, telekung, dan sarung. Masing-masing musholla memiliki toilet dan tempat berwudhu tersendiri. Kantin di sekolah itu berjumlah tiga, dua diantaranya terletak di samping ruangan kelas satu dan yang lainnya di samping ruangan kelas dua jurusan IPS. Ruangan guru terletak di samping ruangan kepala sekolah yang dilengkapi televisi dan meja-meja guru. Perpustakaan sekolah terletak di sebelah ruangan guru. Ruangan perpustakaan itu dilengkapi meja baca untuk siswa dan buku-buku yang bermacam-macam. DI tengah-tengah lapangan terdapat tiang bendera yang dipasang bendera merah putih.
Setelah mengamati tiap sudut sekolah, siswa baru di wajibkan untuk berkumpul dan mendengarkan penguman agar setiap siswa baru mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOST). Hari-haripun terlewati dan mulai memasuki proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Sahabat-sahabat barupun didapat yakni Eriska, Anisa, Imus, Juni, dan Firman. Eriska mempunyai tubuh yang gemuk dan cukup besar. Dia mengenakan jilbab dan berkulit putih. Berbeda dengan Eriska, Anisa memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Dia juga mengenakan jilbab. Sahabatku selanjutnya adalah dua orang laki-laki yakni Firman dan Juni. Firman memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi namun cukup berbadan. Firman memiliki kulit yang kuning langsat dan berhidung mancung. Dia selalu menutupi keningnya dengan rambutnya. Sedangkan Juni memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Rambutnya keriting dan warna kulitnya kuning langsat. Juni merupakan salah satu murid yang berprestasi dalam olahraga terutama dalam olahraga basket. Juni merupakan salah satu tim pemain basket dari sekolah kami.
Saat kelas XI saya pun memutuskan untuk mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan di saat kelas XII, sayapun akhirnya mengikuti ujian nasional. Sebelum mengikuti ujian nasional, persiapan-persiapanpun dilakukan seperti bimbingan belajar di sekolah dan uji coba (Try Out). Pengumuman kelulusanpun tiba yang diberitahukan pada siang hari. Semua siswa kelas XII menunggu di depan sekolah. Tiba-tiba gurupun datang dan mengumumkan semua siswa kelas XII lulus semuanya. Semua murid-muridpun menunjukkan ekspresi yang sangat gembira dan mecoret-coret seragam sekolah mereka. Mereka melakukan keliling kota Pekanbaru untuk merayakan kelulusan mereka, namun saya tidak ikut pada waktu.
Setelah hari kelulusan, sayapun memilih universitas yang terbaik dan mecoba tes jalur SNMPTN di Universitas Riau (UNRI). Namun, keberuntungan belum memihak saya sehingga memutuskan untuk masuk perguruan tinggi swasta yakni Universitas Islam Riau (UIR). Universitas Islam Riau (UIR) terletak di Jalan Kaharudin Nasution Pekanbaru dan berdiri di bawah lembaga YLPI. Bangunan-bangunan yang berada di UIR cukup bagus dan saya memutuskan masuk Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) mengambil jurusan bahasa Indonesia. Saya memasuki universitas tersebut melalui tahap gelombang kedua. Setelah melewati ujian tes, sayapun meilihat hasilnya di internet. Setelah dengan teliti mencari-cari nama saya, akhirnya sayapun mendapat pengumuman bahwa saya  lulus masuk UIR.
Tahun 2010 saya pun menjadi mahasiswa di Universitas Islam Riau (UIR). Hari pertama belajar, saya memperhatikan gedung FKIP di saat itu. Gedung FKIP terletak di depan gedung Ekonomi. Di samping gedung FKIP terdapat sebuah pondopo. Di tempat itu sering terlihat mahasiswa sendratasik berlatih tari dan bermain musik. Didepan gedung Fkip terdapat parkiran untuk para dosen dan di sebelah kanan gedung FKIP terdapat musholla dan parkiran untuk mahasiswa. Gedung FKIP itu terdiri dari tiga lantai, setiap lantainya terdapat ruangan-ruangan. Ruangan dosen berada di lantai dua. Terdapat sebuah taman yang terletak di lantai dasar yang dilengkapi oleh kolam ikan dan tempat duduk untuk para mahasiswa.
 Saat masuk UIR saya menambah sahabat yakni Yuyun, Sandra, Deni, dan Meli. Yuyun memiliki rambut yang panjang dan tidak terlalu tinggi. Hidungnya tidak terlalu hidung mancung dan mempunyai warna kulit yang kuning langsat. Meli merupakan sahabatku yang mempunyai tubuh yang agak kurus dan memiliki rambut yang ikal dan lebat. Dia berhidung mancung dan bersuara lantang. Deni adalah sahabatku selanjutnya. Dia sering mengenakan jilbab kemanapun dia pergi. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan sedikit gemuk. Rambutnya berwana hitam dan panjang hingga panggul. Hidungnya tidak mancung dan memiliki paras muka yang bulat. Selanjutnya adalah Sandra yang memiliki nama panjang Sandra Oktaviana. Sandra memiliki tubuh yang tinggi dan sedikit berisi. Wajahnya bulat dan berhidung mancung. Panjang rambutnya hingga bahu dan memiliki warna kulit yang tidak terlalu putih. Saat pergi ke kampus dia mengenkaan jilbab dan menggunakan tas samping yang bermotif macan. Dia sangat menyukai motif-motif macan.
Pertengahan tahun 2010 saya telah memulai aktivitas kuliah. Saya mulai banyak mengenal dosen-dosen yang mengajar, seperti Bapak Supriadi, Bapak Jamilin, Bapak Sudirman, Ibu Roziah, dan lain-lain. Hingga tahun 2012, Bapak Supriadi menjadi dosen penaehat akademis kami dan Ibu Roziah diangkat menjadi ketua program studi pendidikan Bahasa Indonesia. Bapak Supriadi memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dan bertubuh kurus. Rambutnya hitam dan sedikit panjang. Beliau sering mengenakan baju kemeja dan celana panajang. Saat mengajar beliau terkadang menggunakan kacamata untuk membantunya melihat dan di sela-sela beliau menerangkan pelajaran, dia sering kali memberikan nkami nasihat dan membuat kelucuan. Beliau sangat bersahaja kepada mahasiswanya. Begitu juga dengan Ibu Roziah yang selalu bersahaja kepada mahasiswanya. Beliau sering mengenakan baju kurung, jilbab, dan sering membawa tas ransel yang berisi laptop saat mengajar. Beliau mempunyai warna kulit yang putih dan berhidung mancung. Dalam mengajar, beliau sangat menyukai mahasiswa yang aktif berbicara dalam berdiskusi dan selalu menilai mahasiswanya bukan dari kepintarannya saja namun dari etika dan moral yang ada pada mahasiswa itu.



Catatan: Saya lahir di Pekanbaru tanggal 6 Mei 1991
Maaf Bu, paragraf yang saya buat berlebih menjadi dua puluh empat karena telah terlanjur membuat sebanyak itu.
Latihan yang sebelumnya mendapat jumlah benar=
dan salah=
Nama : Sri wahyuni
NPM   :106211278
Kelas   :4G