Autobiografi
Pada tanggal 6 Mei 1991 lahirlah
seorang anak perempuan yang diberi nama Sri wahyuni. Lahir dari pasangan Emi
Sofia dan Baharudin Damanik. Saat malam hari yang sunyi dengan dibantu oleh
seorang bidan yang telah berumur, Ibuku dengan sekuat tenaga dan mempertaruhkan
nyawanya demi melahirkan seorang putri yakni saya. Teriakan, tangisan, dan
peluh keringat yang mengucur dari tubuh ibu ku membuat ayah dan keluarga
menjadi tegang menunggu detik-detik kelahiranku. Duduk di ruang tunggu membuat
ayah dan keluargaku menjadi semakin tidak nyaman dengan keadaan ibuku yang
sulit melahirkanku ke dunia, namun setelah mengalami perjuangan beberapa saat.
Suara tangisan seorang anak perempuan terdengar. Ayah ku tercinta melihat istri
dan anaknya yang sempat membuatnya tegang. Saat-saat ketegangan itu kini telah
berlalu, ayah dan ibuku serta keluarga gembira menyambut aku yang menjadi
anggota keluarga baru dalam melengkapi bahtera rumah tangga mereka.
Kakak ku bertubuh kurus dengan warna kulit yang
cukup gelap atau sawo matang. Dia memilki hidung yang mancung dengan bentuk
muka yang sedikit panjang. Tubuh yang tidak terlalu besar dan memiliki tinggi
yang tidak terlalu tinggi. Dia memiliki hobi memancing dan otomotif. Sering
kali dia dimarahi oleh orang tuaku karena suka memancing dan sampai lupa
pulang. Kakakku sangat menyukai mengenakan baju kaos dan celana pendek,
sehingga penampilannya sangat santai jika terlihat.
Berbeda dengan kakak ku yang bertubuh kurus, ayah
tercinta berbadan gemuk dan tegap serta aura kewibawaannya terlihat disaat dia
berbicara. Pada wajahnya terlihat garis-garis yang menandakannya telah berumur
dan tubuh yang hitam sering bermandikan keringat disaat bekerja. Tenaganya yang
tidak sekuat dulu lagi membuatnya cepat untuk lelah dan sulit nafasnya.
Rambutnya yang telah mulai memutih menandakan dia telah cukup tua. Sering
terlihat olehku dia membaca Al-Quran di malam hari dengan tenang dan beribadah.
Ibuku yang tercinta memiliki muka yang mirip
denganku, kulit yang kuning langsat dan bersih. Hidung yang tidak mancung dan
bentuk muka yang agak bulat. Ibuku berbadan gemuk seperti ayahku. Tidak hanya
gemuk yang mirip dengan ayahku, ibuku juga memiliki tinggi yang tidak terlalu
tinggi. Tampak dari garis wajahnya telah mulai menampakkan kerut-kerut yang
menandakan dia tidak muda lagi.
Aku bersyukur lahir dari keluarga yang sederhana.
Seorang ayah yang memiliki pekerjaan wiraswasta dengan pengahasilannya cukup
untuk kehidupan keluarganya. Dia tidak pernah mengenal kata lelah membanting
tulang demi keluarganya tercinta dan seorang ibu yang sangat menyayangi
anak-anaknya dengan mengurusi rumah tangga, dia mampu juga untuk menambah
penghasilan dari seorang ayah. Ibuku adalah seorang wanita yang kuat dan tidak pernah mengenal kata
lelah dan malas. Mereka membesarkan anak-anaknya dengan penuh harapan agar kami
menjadi anak yang berbakti kepada mereka dan beriman. Nasehat-nasehat yang
bermanfaat tidak pernah lupa mereka beri kepada kami anaknya.
Aku
dan keluargaku tinggal di pemukiman yang masyarakatnya sederhana. Sungai Siak
adalah sungai yang tidak asing lagi ditelingaku. Kami tinggal dekat Sungai Siak
tersebut, yang datarannya sangat rendah sehingga membuat penduduk di sekitar
Sungai tersebut sering mendapat musibah banjir setiap tahunnya. Banjir yang
sering memakan korban itu karena merupakan luapan air Sungai Siak telah menjadi
sahabat bagiku. Sering kali rumahku terkena banjir hingga kami harus mengungsi
dari tempat tinggal. Ibuku sering bercerita bahwa disaat aku berumur setahun,
terjadi banjir yang sangat hebat hingga membenamkan rumah warga. Aku dan
keluargaku hanya bisa mengungsi dan menyelamatkan diri dari musibah tersebut.
Sungai Siak sering mendatangkan banjir secara tiba-tiba dan surut dengan
sendirinya setelah memakan korban.
Waktupun berlalu dengan begitu
cepatnya, tidak terasa aku telah memasuki umur setahun, angka yang masih sangat
kecil bagi kita. Disaat umur itu, aku telah tumbuh sebagaimana bayi
semestinya.Dari belajar merangkak hingga berdiri, aku pelajari di saat umurku
menginjak setahun. Ayah dan ibu ku sangat senang melihat pertumbuhan anaknya.
Langkah kaki pertamaku sangat berat terlihat oleh orang tuaku. Dengan
tertatih-tatih aku berusaha untuk melangkahkan kakiku. Ayah dan Ibu ku selalu
mendampingi ku untuk mengetahui perkembangan anaknya. Tidak lupa juga kakak ku
yang juga setia menemaniku untuk bermain dan belajar berjalan.
Semangat yang kuat semua yang
diinginkan pasti akan dapat tercapai. Begitulah orang banyak berpendapat. Hal
itu memang benar karena dengan berusaha dan selalu dilatih oleh orangtua dan
keluarga, akupun dapat berjalan dengan baik. Tampak dari garis-garis muka yang yang mulai berkerut seorang ayah tertawa
melihat anaknya sangat lucu dengan mengenakan baju dan rok kembang yang lucu
dihiasi dengan pita rambut di kepalanya berjalan dengan langkah yang
tertath-tatih menuju ayahnya dan ayahnya memeluknya dengan penuh kasih sayang.
Tidak dapat dibohongi mereka sangat senang dengan perkembangan pertumbuhan anaknya.
Hari silih berganti, tidak terasa
umurku telah memasuki umur lima tahun. Disaat umur ini, aku banyak mendapat
sahabat. Sahabat yang paling aku sayangi adalah dua temanku yakni Riska dan Tari. Mereka adalah sahabatku
dari kecil hingga dewasa. Mereka bagaikan saudara bagiku, karena mereka
mengerti diriku dan sifatku. Merekalah sahabat yang pertama bagi hidupku.
Riska adalah seorang gadis yang
sangat baik dan sangat memiliki jiwa sosial yang tinggi kepada temannya.
Rambutnya yang kriting sering dia ikat dua dan berponi. Tubuh yang mungil
sering berlari-lari dengan hati yang selalu riang. Warna kulit yang kulit
kuning langsat menambahkan kecantikan di mukanya yang mungil. Berbeda dengan
Tari yang memilki tubuh yang cukup besar dan berkulit hitam manis. Rambut yang
lurus dan hitam menambah kecantikannya serta hidung yang mancung membuat ku iri
dengan kecantikannya. Merekalah yang menjadi sahabat terbaikku.
Memasuki
bangku pendidikan, aku langsung masuk Sekolah Dasar (SD). SD ku berada di
Rumbai yang bernama SDN 006 Pekanbaru. Sekolah ku itu cukup bagus. Memiliki
enam lokal, ruangan guru, ruangan kepala sekolah, dan lapangan yang cukup luas
untuk upacara dan olahraga. Lapangan sekolah tersebut dikelilingi oleh lokal
dari kelas satu hingga kelas enam. Setelah lokal kelas enam, terdapat ruangan
guru dan ruangan kepala sekolah. Tepat di tengah-tengah lapangan sekolah itu
berdiri tegak tiang bendera dan di dekat gerbang sekolah terdapat kantin
sekolah.
Kesan
pertamaku di saat aku memasuki sekolah adalah sangat gugup karena sekolah
merupakan lingkungan yang baru bagiku. Namun, setelah menjalani kegiatan di
sekolah aku dapat beradaptasi di lingkungan sekolah. Saat hari pertama di
sekolah, Ibuku mengantarkanku ke sekolah dan menungguku hingga pulang.
Pelajaran saat di kelas satu sangat sulit bagiku. Hal ini membuatku menjadi
kesulitan. Namun, sahabatku Riska dan Tari membantuku di saat itu. Hampir
setiap hari kembali dari sekolah, aku, Riska, dan Tari belajar bersama
terdahulu. Kami belajar membaca dan berhitung. Pelajaran yang tidak kami
mengerti, kami tanyakan kepada orang tua hingga permasalahan itu dapat
dipecahkan.
Wali
kelasku di kelas satu bernama Ibu Yeni, Dia adalah seorang guru yang cukup
tegas kepada murid-muridnya. Bertubuh gemuk dan mengenakan kaca mata. Dia
sering mengenakan baju muslim dan jilbab. Di saat mengajar, sering kali dia
menggunakan rotan untuk mengajar muri-muridnya. Melalui ketegasannya itu,
menjadikan murid-muridnya patuh kepadanya. Pelajaran yang diajarkan oleh
beliau, cepat kami mengerti. Suaranya yang lantang menambah ketegasan
beliaudalam mengajar. Wali kelasku ini mengajar semua mata pelajaran kecuali
mata pelajaran bahasa inggris, agama, arab melayu, dan olahraga.
Selain
wali kelas, kami juga memiliki guru mata pelajaran bahasa inggris. Guru yang
mengajar bahasa Inggris bernama Herman, kami sering memanggilnya Mr.Herman.
Berbadan tinggi dan tegap serta berkulit hitam.Sering terdengar olehku, dia
sering berbicara dalam bahasa Inggris. Dia adalah salah seorang guru honor
karena dia belum menamatkan kuliahnya di perguruan tinggi pada saat itu. Selain
di sekolah, beliau juga mengajar di lembaga-lembaga kursus bahasa Inggris.
Selain Mr.Herman, ada juga ibu ermawati yakni
guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama dan arab melayu. Beliau
berbadan tinggi dan kurus serta mengenakan kacamata. Garis-garis muka yang
tidak muda lagi. Jilbab dan pakaian muslim selalu terlihat dalam penampilannya.
Sebelum mengajar , beliau selalu menyuruh murid-muridnya untuk membaca
ayat-ayat pendek suci Al-Quran. Sehingga membuat kami menjadi hafal ayat-ayat
tersebut. Selain itu, beliau juga mengajarkan kami cara sholat. Dimulai dari
tahap menghafal ayat-ayat bacaan sholat hingga praktek sholatnya. Begitu besar
jasanya mendidik kami.
Guru
yang mengajar olahraga adalah bapak Hasan, beliau bertubuh kurus dan tinggi.
Dapat dilihat beliau memiliki paras muka yang agak panjang Tampak dari
rambutnya telah mulai memutih satu persatu dan berwarna kulit sawo matang.
Gais-garis mukanya menyatakan bahwa beliau tidak muda lagi. Saat mengajar,
suara beliau cukup lantang terdengar. Beliau mengajarkan olahraga setiap hari
Sabtu, sebelum mengajar beliau menyuruh melakukan pemanasan.
Guru-guru
itu dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang bernama Darwis.K. Beliau berkulit
hitam dan selalu rapi dalam berpenampilan. Terlihat juga rambutnya yang telah
memutih dan kerutan-kerutan yang ada pada mukanya menandakan beliau tidak muda
lagi. Beliau adalah pemimpin yang sangat disiplin. Hal ini dapat terlihat dari
beliau menjunjung tinggi tata tertib yang ada pada saat itu. Beliau juga
terlihat selalu bersahaja kepada earga sekolah. Tidak hanya kepada guru-guru
saja beliau bersikap ramah, pada penjaga kantinpun beliau tidak pernah sombong.
Masih ingat jelas diingatanku, beliau pernah berpesan kepada kami bahwa untuk
menjadi seorang yang berguna maka jadilah seorang yang disiplin. Karena tidak
ada orang yang sukses tanpa memiliki kedisiplinan. Setelah saya menerapkan
pesan beliau dalam kehidupan sehari-hari, ucapan beliau memang benar. Pesan yang sangat berguna bagi kami.
Setiap
hari Senin, kami warga sekolah selalu melakukan upacara pada pagi harinya.
Persiapan dilakukan sebelum upacara dimulai. Barisan dimulai dari kelas satu lalu dilanjutkan oleh kelas
dua, tiga, empat, dan lima. Di depan kami guru-guru juga mengatur barisannya.
Tidak jauh dari tiang bendera, telah bersiap tiga orang pembawa bendera dan di
samping mereka telah bersiap seorang pemimpin upacara sekolah. Sebelah kanan
barisan guru terdapat grup vokal yang terdiri dari murid-murid kelas enam. Saat
upacara dimulai, kepala sekolah yang menjadi Pembina upacara.
Berbeda
dengan hari Senin, di hari Sabtu kami selalu mengadakan senam pagi yang diikuti
oleh guru dan murid. Senam yang dibawakan biasanya dilakukan pada pukul 08.00
WIB. Sebelum mengadakan kegiatan bersama, guru dan murid mengatur barisannya
agar disaat senam semua teratur dan rapi. Barisan terdepan biasanya diisi oleh
perwakilan kelas empat, lima, dan enam yang telah menghafal gerakan senam.
Setelah barisan terdepan tersebut, diikuti oleh siswa dan siswi yang mengikuti
senam dan barisan yang paling belakang diisi oleh guru-guru yang mengikuti
kegiatan senam. Setelah barisan tersusun rapi dan teratur, maka dimulailah
kegiatan senam tersebut. Kegiatan ini menumbuhkan sikap kebersamaan yang kuat
antara sesama guru, sesama murid, maupun murid dengan guru.
Waktupun
berlalu dengan cepat, detik-detik penerimaan lapor kenaikan kelas datang. Wali
muridpun datang yang didampingi oleh anak-anak mereka, begitu juga dengan diriku
yang datang bersama ayahku. Setelah tiba di ruangan, wali murid semua
terkumpul, dan gurupun mengumumkan murid-murid yang berprestasi. Diantara
penyebutan nama-nama itu, aku tidak termasuk. Aku merasa iri kepada teman-teman
yang mendapat penghargaan atas prestasi mereka. Namun aku tetap memberi pujian
kepada mereka. Gurupun memanggil nama murid-muridnya satu persatu, tidak lama
kemudian tibalah giliranku. Aku merasa gugup pada saat itu, aku terpaku melihat
nilai-nilaiku pada saat itu. Nilai yang bisa dikatakan masih sangat kurang.
Tidak ada yang bisa dibanggakan dengan nilai itu karena nilaiku itu hanya
rata-rata kelas saja. Nmaun, aku akan mengubah pola belajarku lagi dan
orangtuaku juga member motivasi kepadaku agar meningkatkan lagi prestasiku.
Sehabis
menerima lapor, hari waktu liburanpun datang. Ayah dan ibu mengajakku dan kakak
pergi ke Padang. Kami menghabiskan waktu di sana untuk mengisi waktu liburan.
Kami sempat melihat matahari terbenam. Di hadapanku terlihat laut biru yang
membentang dan angin yang bertiup cukup kencang. Di saat matahari terbenam itu,
matahari terlihat indah pada saat itu dengan dihiasi langit yang berwarna
kemerahan. Terlihat burung-burung terbang di atas laut seperti sedang mengintai
mangsanya di laut. Pemandangan itu sangat indah. Aku duduk di atas batu-batu
besar untuk menikmati pemandangan itu. Aku juga melihat seorang bapak-bapak
yang sedang memancing dengan tenangnya. Liburan yang sangat menyenangkan
bagiku.
Selain
melihat pemandangan matahari terbenam, kami juga pergi ke Danau Singkarak.
Dalam pejalanan ke sana, aku dan kakak saling bersenda gurau. Aku melihat melalui kaca mobil, telah terlihat hamparan
danau yang luas. Airnya tampak berwarna biru, dan dikelilingi dan oleh gunung. Sepanjang jalan, aku
memandanginya. Sebelah kanan jalan terdapat rel kereta api, bentangan sawah,
dan rumah warga. Sawah itu ada yang telah mulai menguning dan sebagian lagi
baru ditanam. Tiba-tiba mobilpun berhenti di tepi danau itu. Aku dan kakak ku
langsung menuju ke danau itu dan mandi. Ayah dan ibu menunggu kami tepat
di bawah pohon ceri yang rindang sambil
menyantap beberapa makanan ringan dan minuman. Terasa angin yang sangat sejuk
selalu bertiup tanpa hentinya membuat kami ingin berlama-lama di sana. Namun,
kami harus tetap pulang untuk melanjutkan aktivitas yang dilakukan sehari hari.
Hari
pertama aku masuk sekolah setelah liburan sangat senang sekali. Aku bersemangat
bangun pagi dan siap-siap pergi ke sekolah. Setelah sarapan pagi, Tari dan
Riska memanggilku untuk pergi ke sekolah bersama. Kamipun berjalan ke luar gang
bersama-sama dan sesampainya di ujung gang, kami menaiki angkot untuk ke
sekolah. Tiba di sekolah, aku merasa asing dengan ruangan kelasku yang baru.
Terlihat lebih rapi dengan suasana yang baru. Terdapat beberapa kerajinan murid
yang di gantung di dinding dan ada lemari di sebelah meja guru. Lemari itu
berisi beberapa kerajinan tangan murid, buku-buku yang tersusun rapi,
perlengkapan alat tulis. Selain itu, di atas meja guru terdapat pot bunga yang
berisi bunga plasik. di meja-meja murid itu terdapat coretan-coretan yang
membuat kotor meja itu. Bukan hanya meja saja yang seperti itu, kursi-kursi
muridpun penuh dengan coretan yang tidak berguna.
Sebelum
memasuki pelajaran, kami berdoa dahulu dan memberi salam kepada guru. Dihari
pertama guru tidak mengajarkan pelajaran langsung, beliau memperkenalkan diri
terlebih dahulu. Ibu itu bernama Sari. Ibu itu mengenakan kacamata dan
mengenakan baju muslim. Dari wajahnya dapat terlihat garis-garis muka yang
tidak muda lagi. Ternyata benar, dia telah berumur 40 tahun dan telah memiliki
dua anak.Beliau berkulit kuning langsat dan bentuk muka yang agak panjang.
Selain memperkenalkan diri, beliau juga memberikan tata tertib saat belajar
dengannya. Guru ini sangat mementingkan catatan yang dimiliki murid-muridnya.
Setiap mata pelajaran harus ada buku catatan tersendiri yang sewaktu-waktu akan
diperiksa oleh beliau. Selain wali kelas, guru mata pelajaran lain juga tetap
masuk ke kelas kami seperti Mr. Herman, Ibu Ermawati, dan Bapak Hasan.
Hari
kedua kamipun mulai belajar. Saat kelas dua ini saya telah mulai berusaha
untuk memperbaiki nilai. Riska dan Tari
menjadi teman yang setia menjadi teman belajarku saat pulang sekolah. Setelah
belajar kamipun sering bermain bersama hingga sore hari. Kami belajar bersama
di rumah Riska. Saat kami belajar, biasanya dibimbing oleh kaka Riska. Kakak
Riska adalah seorang guru sehingga kamipun tidak kwatir lagi jika ada kesulitan
dalam belajar. Kakak Riska bernama Irfin yang sekarang mengajar di sekolah
bagian kejuruan. Dia termasuk guru muda itu terlihat dari penampilannnya. Dia
sering mengenakan baju kemeja sehingga membuatnya terlihat rapi. Kulitnya yang
kuning langsat dan badannya agak berisi. Dia sangat baik terhadap kami dan
tidak marah ketika kami banyak bertanya.
Hari-haripun
berlalu, tibalah hari untuk menyambut bulan ramadhan. Sebelum memasuki bulan
puasa, kita mempunyai tradisi untuk mandi balimau. Riska, Tari,dan saya hanya
melakukan mandi balimau itu di rumah masing-masing. Pada siang harinya, ibu
menasehatiku agar mulai berpuasa setengah hari pada esok harinya. Puasa adalah
hal tersulit bagiku pada saat itu, karena masih banyak teman-temanku yang tidak
berpuasa dan makan di depanku. Tetapi aku akan mencobanya. Ibu menasehatiku
sambil memasak masakan untuk sahur pada esok hari.Akupun membantu ibuku
memasak.
Keesokan
harinya, ibu membangunkanku untuk sahur bersama. Aku mulai membuka mata dan
menuju ruang makan. Terlihat olehku hidangan makanan yang telah disiapkan oleh
ibu, lengkap dengan minuman teh hangat. Ayah dan kakak telah duduk didekat
hidangan itu, tiba-tiba ibu menyuruhku untuk duduk di samping kakakku. Sebelum
menyantap makanan sahur itu, terlebih dahulu kami berdoa dan setelah itu, kami
menyantap hidangan yang telah disiapkan.
Bunyi
tanda untuk memulai puasapun terdengar, dan beberapa menit kemudian terdengar
adzan subuh yang memanggil umatnya untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Ayah
menyuruh kami untuk segera mengambil wudhu sedangkan ibu sedang berkemas-kemas
membereskan meja makan. Kami melakukan ibadah sholat subuh itu berjamaah di
rumah. Ayahku berdiri menjadi imam di depan. Setelah sholat selesai aku dan
kakak ku tertidur.
Hari
pertama puasa sangat berat bagiku, karena aku anak yang baru belajar untuk
menjalani ibadah puasa. Pada hari itu juga kebetulan sekolah kami libur. Riska
dan Tari datang ke rumah ku dan mengajak ku bermain dan akhirnya akupun ikut
dengan mereka. Tidak ku sangka telah banyak teman-teman yang lain berkumpul,
kak Dayat,Sigit, Lia, Hendra, Ema, Maya, dan kak Fitri. Mereka adalah
teman-teman yang bertempat tinggalku.
Kak
dayat adalah seorang laki-laki yang bertubuh kurus dan berkulit hitam. Umurnya
beda setahun dariku, namun aku tetap sekelas dengannya karena dia pernah tinggal
kelas. Rambutnya keriting dan hidungnya mancung. Suaranya sangat lantang,
apalagi ketika dia sedang marah. Dia sering mengenakan baju kaos dan celana
pendek. Hobinya sangat menarik yakni suka mengotak-atik sepeda dan sepeda
motor. Dia lahir dari keluarga yang mempunyai usaha bidang otomotif. Saat
berbicara, dia sangat sulit untuk mengucapkan huruf “R” dan dia termasuk salah
seorang murid yang belum bisa membaca di sekolah. Dia termasuk anak nakal di
sekolah, sering kali dia dimarahi oleh guru karena menjahili siswa lain dan
mencoret-coret meja sekolah.
Berbeda
dengan kak Dayat, Maya adalah seorang siswi yang pintar. Selain itu dia cantik
dengan rambut lurus panjang hingga pinggulnya yang sering digeraikannnya.
Tubuhnya kecil dan tidak terlalu tinggi. Kulitnya kuning langsat dan ada tahi
lalat di pipi sebelah kanan. Paras mukanya agak panjang. Ayahnya menjabat
sebagai ketua RT di lingkungan kami. Dia sangat berprestasi di sekolah dan
sering mendapat juara kelas. Memang tidak salah orang mengatakannya sebagai
bintang kelas. Dia memiliki hobi memasak, dari umur enam tahun telah pandai
memasak. Selain itu, dia juga gemar dengan mata pelajaran matematika. Dia
sangat suka ilmu berhitung itu, hal itu dibuktikan dengan nilai matematikanya
selalu di atas rata-rata kelas.
Lia
dan sigit adalah saudara sepupu. Lia bertubuh kurus dan tinggi dengan kulit
yang kuning langsat. Tingginya melebihi Sigit. Lia adalah serang gadis yang
sering menirukan penampilan laki-laki. Berbeda dengan Kakaknya, Sigit adalah
seorang laki-laki yang memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi. Badannya tidak
terlalu kurus. Matanya sipit mirip dengan orang Cina. Sigit tidak pernah malu
untuk bermain bersama anak perempuan. Kami sering sekali bermain masak-masakan
di sebuah pondok yang tidak dihuni lagi. Pondok itu terletak tepat di samping
rumahku. Pondok itu dikelilingi oleh ilalang yang cukup tinggi, namun masih
kokoh berdiri. Pondok itu menjadi tempat pos bermain kami untuk berkumpul
bersama-sama karena dapat terlindung dari terik sinar matahari dan hujan.
Hendra,
Ema, dan Kak Fitri memiliki karakter yang berbeda-beda. Hendra adalah orang
yang pendiam, dia hanya berbicara jika diajak tetapi dia lebih banyak diam.
Penampilannya berbeda dengan anak-anak lainnya. Dia anak yang rapi dan lebih
terlihat bersih dari pada kami. Dia sering mengenakan baju kemeja dan celana
panjang. Rambutnya lurus dan hitam. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, hampir sama
tingginya dengan Sigit. Kulitnya sawo matang dan paras mukanya agak panjang.
Ema dan kak Fitri adalah dua orang yang memiliki karater tersendiri. Kak Fitri
adalah perempuan yang mempunyai umur yang tiga tahun lebih tua dariku. Dia
adalah saudara kandung Maya dan juga sangat cantik. Dia bertubuh tinggi dan
kurus. Kulitnya kuning langsat. Dia sangat suka mengikat rambutnya yang
panjangnya sebahu itu. Jari-jari tangannnya sangat lentik dan sangat suka
menari. Dia sering mengajarkan kami
menari. Berbeda dengan kak Fitri, Ema adalah anak yang memiliki kulit hitam dan
rambutny yang ikal dengan panjang sebahu. Dia hampir sama dengan kak Dayat
sulit untuk menyebut huruf “R”.
Setelah
aku melihat mereka, kami beramain bersama tepatnya di sebuah lapangan sepak
bola yang hijau. Lapangan itu jarang digunakan oleh warga dan terletak di
tengah-tengah antara rumah nenek Ema dan rumah Hendra. Lapangan itu dikelilingi
oleh ilalang yang tumbuh dan banyak rumput-rumput liar yang tumbuh. Tampak
jelas bahwa lapangan sepakbola ini jarang dibersihkan warga. Di samping kanan
lapangan sepak bola itu terdapat pohon kelapa yang cukup tinggi.
Setelah
bermain-main bersama, kami beristirahat di bawah pohon kelapa itu. Sangat letih
rasanya bermain di saat bulan puasa. Kami berpuasa semuanya. Akhirnya kami
mengakhiri permainan kami dan pulang ke rumah masing-masing. Tiba di rumah
sangat letih dan saya tidur siang untuk menghilangkan keletihan yang dirasakan.Saat
bangun pada sore hari memuat saya telah kehabisan energi. Dug…dug…dug…
terdengar suara berbuka puasa. Aku melihat di depan ku hidangan yang sangat
banyak. Makanan dan minuman semuanya terletak di meja. Semuanya terlihat
menyegarkan. Ayah dan ibu telah duduk, aku dan kakak ku menyusul mereka dan
duduk untuk berbuka. Sebelum berbuka kami berdoa terdahulu. Setelah berbuka
bersama, kami menjalani ibada sholat maghrib bersama lalu pergi ke mesjid untuk
menjalani ibadah tarawih.
Begitulah
saya melewati bulan puasa ketika kecil. Hari-hari menuju kemenanganpun telah
tiba. Tidak lupa ibu mengajak aku dan kakak ku berbelanja baju untuk lebaran.
Setelah membeli baju lebaran, ibu tidak lupa membeli bahan-bahan untuk membuat
kue. Aku membantu ibu membuat beraneka ragam kue yang disiapkan untuk lebaran.
Rumah juga dibersihkan dan dicat ulang oleh ayahku. Tidak lupa pula kakak yang
turut membantu ayah. Ketika ayah mngecat rumah, aku dan ibu memasak beraneka
masakan yang disiapkan untuk para tamu yang datang ke rumah untuk
bersilaturhmi.
Hari
kemenangan itupun datang, suara takbir bergema di seluruh penjuru negeri.
Orang-orang saling tersenyum dan berbondong-bondong ke mesjid untuk
melaksanakan sholat idul fitri. Setelah sholat, kami sekeluarga ke rumah nenek
untuk bersilatirahmi. Ketika sampai di depan rumah nenek telah terlihat
keluarga besar nenek ku telah berkumpul. Nenek juga ada di sana dengan
mengenakan kacamata, berpakaian muslimah, dia duduk dan menyuruh kami untuk
duduk. Setelah kami berkumpul semua, semuannya saling bermaaf-maafan antara
yang satu dengan yang lainnya. Aku meminta maaf kepada orang tuaku terlebih
dahulu lalu kepada nenek dan saudara yang lainnnya.
Hari-hari
kemenangan itupun berlalu, maka liburanpun telah selesai. Semua siswa kembali
ke sekolah. Aktifitas belajar yang tinggalkan akan mulai kami terapkan kembali.
Seperti biasanya, kami belajar di rumah Riska. Hari pertama masuk sekolah, kami
tidak langsung belajar. Namun kami tetap belajar sepulang sekolah. Saat kami
belajar, ibu Riska sering menyiapkan makanan kecil dan minuman untuk kami.
Kedua orang tua Riska sangat baik terhadap kami. Di sela-sela kegiatan belajar
kami sering bersenda gurau agar tidak jenuh. Kegiatan belajar ini rutin dilakukan
agar pelajaran yang telah dipelajari di sekolah tidak mudah lupa dan kegiatan
belajar ini membantu kami untuk belajar secara bersama dan memecahkan masalah
soal-soal yang telah ada secara bersama-sama. Pelajaran yang kami utamakan
adalah matematika dan Bahasa Indonesia. Terlihat olehku meja belajar Riska
penuh kami isi dengan buku-buku pelajaran dan ibu Riska meletakkan makanan dan
minuman itu di samping buku-buku yang berantakan itu. Ibu Riska selalu
menasehati kami agar tidak banyak bermain dan membuang waktu yang sia-sia. Ibu
Riska bernama Ibu Atik, dia selalu mengenakan jilbab kemanapun di pergi dan
berpakaian muslimah.Kami sering belajar bersama karena rumah kami yang
berdekatan. Rumah Riska terletak di sebelah kanan rumahku dan rumah Tari
terletak di sebelah kiri rumahku. Jarak rumah kami hanya berjarak tiga rumah.
Kegiatan
belajar itu sangat bermanfaat bagi kami. Hal ini terbukti dari ulangan harian
yang kami dapatkan mendapatkan nilai yang cukup bagus. Sehingga hal ini membuat
kami menjadi optimis agar mendapat prestasi menjadi sepuluh besar di kelas saat
penerimaan lapor nanti. Riska, Tari, dan saya mulai berani ke depan kelas untuk
mengerjakan soal-soal di papan tulis. Detik-detik penerimaan lapor caturwulan
pertama, seperti biasanya wali murid datang untuk menjemput hasil belajar anak
mereka selama satu semester. Tidak di sangka-sangka aku, Riska, dan Tari
mendapat sepuluh besar di kelas. Kami sangat gembira sekali. Orang tua kami
juga senang pada saat itu. Tidak sia-sia kami belajar bersama selama ini.
Kesan
pertamaku mendapat prestasi ini, disaat itu tidak percaya. Nilaiku di kelas
satu yang masih tertinggal jauh kini dapat mengejar mereka. Riska dan Tari juga
sama denganku. Setelah penerimaan lapor itu, kami bertukar lapor. Melihat perbandingan
nilai diantara kami. Setelah dibandingkan, nilai Riska yang tinggi diantara
kami bertiga. Walaupun begitu, aku dan Tari tetap mengucapkan selamat kepada
Riska. Kegiatan belajar kami itu tidak berhenti disaat pengambilan lapor
tersebut. Kami masih melanjutkan kegiatan itu, tetapi sayangnya sudah jarang
kami melakukannya karena sibuk dengan kegiatan masing-masing seperti mengaji. Penerimaan
lapor untuk kenaikan kelas tigapun tiba, nilai kami tidak berbeda jauh dengan
penerimaan lapor yang sebelumnya. Namun, kami puas dengan hasil tersebut dan
akan lebih meningkatkan lagi prestasi kami.
Prestasiku
di saat kelas tiga, emapat, dan lima semuanya hampir sama. Tidak ada perubahan
jauh. Namun yang berkesan adalah wali kelas yang berbeda pada tiap kelas. Di
saat kelas tiga, wali kelas kami adalah Ibu Eli Taher, kelas empat dipimpin
oleh ibu Hasnidar dan kelas lima ibu Lamriah. Ibu Eli Taher adalah guru yang
suka mengenakan kacamata dan berjilbab. Telah tampak garisan-garisan muka yang
tidak muda lagi. Suaranya sangat lantang. Paras mukanya panjang dan berhidung
mancung. Tubuhnya pendek dan gemuk. Dia adalah guru yang aku sukai pada waktu
itu. Ibu hasnidar juga mengenakan jilbab dan kacamata. Dia memiliki suara yang
serak dan suka memegang rotan jika mengajar. Kulitnya putih dan hidungnya
mancung. Salah satu yang khas dari cara belajarnya adalah suka mencubit anak
yang salah ketika belajar. Sehingga itu membuat kami takut ketika belajar
bersama beliau. Ibu Lamriah berasala dari Sumatra utara, ini dapat terlihat
dari logat bahasa beliau yang sedang berbicara. Ibu tersebut jarang tersenyum,
garis-garis mukannya menandakan dia tidak muda lagi. Ibu itu bertubuh gemuk,
pendek, dan berkulit hitam. Paras mukanya bulat dan Hidungnya tidak kelihatan
mancung. Beliau juga memiliki karakter tersendiri dalam mengajar yakni suka
memukul tangan muridnya dengan rotan jika meribut.
Saat
aku menduduki kelas lima, tidak di sangka-sangka aku mendapat seorang adik.
Adik ku seorang perempuan, dia berkulit hitam dan berambut hitam lurus.
Badannya gemuk dan tubuhnya cukup tinggi. Hidungnya tidak terlalu mancung dan
dia memiliki sifat yang periang. Dia memiliki paras muka yang bulat dan sedikit
kelihatan gemuk di bagian pipi. Dia sangat di mnjakan oleh orangtuaku. Kini
Kamarku bertambah satu orang. Tepatnya di samping tempat tidurku ada tempat
tidur adik ku. Lemariku juga berada berdampingan dengannya.
Saat
kelas enam SD, saya mulai takut menghadapi ujuan kelulusan. Ujian ini
menentukan keberhasilan belajarku selama enam tahun. Gurupun menyiapkan
persiapan-persiapan untuk menghadapi ujian kelulusan seperti uji coba (try out)
dan bimbingan belajar. Kurang lebih enam bulan kami mengikuti bimbingan
belajar. Hari-hari ujian akhir itupun datang, dengan berpakain rapi dan
menyangkutkan kartu peserta ujian di bajuku aku mengikuti ujuan. Sebelum masuk
kelas semua siswa diperiksa satu persatu agar tidak ada kecurangan yang terjadi
saat ujian berlangsung. Di ruangan ujian, say dan teman-teman merasa takut dan
kami semua berdoa agar kami dapat lulus semuanya. Pembagian soal ujianpun
datang, aku membaca soal itu dengan seksama dan menjawabnya dengan hati-hati.
Sebelum mengumpulkan lembar jawaban, terlebih dahulu memeriksa jawaban saya.
Waktu
ujianpun berakhir, tibalah saat melihat hasil kelulusan. Pengumuman kelulusan
itu diberi tahu pada pagi hari. Semua siswa kelas enam telah berkumpul untuk
mendengar pengumuman kelulusan. Tidak disangka-sangka, semua murid kelas enam
pada saat itu lulus semua. Kamipun senang sekali, dengan didampingi orang tua
semua siswa menghadiri acara perpisahan. Pada acara itu semua siswa sangat
sedih sekali meninggalkan sekolah tersebut. Saat bersalaman dengan guru,
beberapa murid dan guru menangis. Wali muridpun juga ada yang menangis. Suasana
itu semakin haru dengan dimainkannya lagu himne guru. Suasana semakin haru pada
saat itu walaupun pembukaan acara perpisahan itu sangat meriah dan gembira.
Pentas yang telah oleh beberapa balon
dan kertas warna-warni itu kini menjadi tempat bagi kami untuk bersilaturahmi
kepada guru-guru.
Setelah
lulus Sekolah Dasar (SD), saya, Riska, dan Tari melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat memasuki SMP, kami bertiga memilih sekolah
yang berbeda. Aku memilih SMP N 30 Pekanbaru. Sekolah ini terletak di dekat
pasar rumbai, tepatnya di dalam pemukiman perumahan perumnas. Sekolah
berdekatan dengan mesjid Al-Muhajirin. Bangunan sekolah ini tidak terlalu
besar, karena sekolah ini berdiri pertama kali pada tahun 2004 dan memiliki
akreditasi B. Bangunan sekolah ini berdampingan dengan Sekolah Dasar. Sekolah
ini juga memiliki ruangan kelas sebanyak tujuh kelas. Sehingga ruangan kelas
digunakan secara bergantian. Di samping kelas tujuh terdapat ruangan guru dan
kepala sekolah. Di belakang kelas Sembilan terdapat toilet untuk para siswa dan
guru. Saya memilih SMP ini karena pilihan orang tua. Mereka berpendapat bahwa
sekolah ini dekat dari rumah.
Masuk
ke sekolah ini juga melalui tes, setelah mendaftar akupun mengikuti tes yang
diikuti oleh siswa lainnya. Tes yang aku ikuti itu tidak sia-sia, akupun lulus
masuk ke sekolah tersebut. Maka akupun melihat pengumuman bagi siswa baru agar
mengikuti MOST (Masa Orientasi Sekolah). Kegiatan MOST itu dipimpin oleh
beberapa kakak-kakak senior. Kegiatan itu sangat membuat kami letih. Kami
disuruh berpakaian yang tidak selayaknya. Murid baru laki-laki dan perempuan
harus mengenakan topi yang terbuat dari kertas karton, kaus kaki yang berbeda
warna, dan mengenakan dasi yang terbuat dari petai. Kakak-kakak senior itu
sangat menguji kesabaran kami. Mereka meminta kami untuk berbuat sesuatu yang
membuat kami malu, seperti bernyanyi, berakting, dan membersihkan selokan
sekolah.
Saat
Most tersebut aku mendapat teman-teman baru. Mereka adalah Sri, Qoriah,Noprita
dan Nurhidayati. Sri berambut panjang hingga ke pinggul dan tidak terlalu
tinggi. Dia berkulit hitam manis dan memiliki paras muka yang agak panjang. Dia
beralamat di sekitar lingkungan rumahku juga, tetapi berbeda gang sehingga aku
tidak mengenalnya. Temanku yang kedua adalah Qoriah. Dia berambut panjang
hingga bahu dan memiliki badan yang besar dan tinggi. Bentuk mukanya bulat dan
berhidung tidak terlalu mancung. Dia memiliki kulit sawo matang dan bertempat
tinggal di jalan Nelayan yang masih bêrtempat tinggal di Rumbai. Temanku yang
selanjutnya adalah Nurhidayati. Dia memiliki tubuh yang gemuk dan putih. Suaranya
sangat lembut dan kecil. Tingginya hampir sama dengan Qoriah dan juga memiliki
hidung yang tidak terlalu mancung. Dia bertempat tinggal tidak jauh dari
sekolahku. Temanku yang terakhir adalah Noprita. Dia adalah wanita yang
berambut panjang hingga pinggul dan ikal. Warna kulitnya kuning langsat dan
berhidung mancung. Tinggi badannya tidak terlalu tinggi dan ukuran badannya
tidak terlalu tinggi.
Setelah
melewati hari-hari MOST, sayapun bersiap-siap untuk memasuki ajaran baru di
SMP. Semua telah disiapkan seperti buku-buku tulis dan alat tulis yang
dimasukkan dalam tas. Setelah berkemas-kemas, pada pagi itu saya langsung
berangkat ke sekolah dan tidak lupa menyalami orang tua terlebih dahulu. Angkot
yang saya naiki hanya berhenti di pasar Rumbai, lalu berjalan menyusuri
perumahan warga hingga akhirnya tiba di sekolah. Terlihat olehku banyak
teman-teman baru bagiku dan guru-guru baru. Teng…teng…teng… bunyi lonceng
pertanda kami harus masuk kelas. Sebelum itu, kami berbaris terdahulu di depan
kelas. Saat kami telah rapi berbaris, datanglah seorang guru ke kelas kami lalu
meminta salah seorang dari kami memimpin barisan tersebut. Setelah barisan
disiapkan, guru itu menyuruh kami untuk masuk kelas. Sebelum kami berkenalan,
kami berdoa terlebih dahulu dan mulailah perkenalan itu. Guru itu merupakan
wali kelas kami yang bernama ibu Erta Yeni. Dia berpenampilan sangat muslimah
karena dia merupakan guru mata pelajaran agama. Beliau berkulit putih dan
bersih. Tubuhnya sedikit gemuk dan pendek. Terlihat dari pipinya yang berisi
membuat muka ibu itu bulat. Hidungnya tidak terlalu mancung dan suaranya sangat
lantang didengar. Ibu itu beralamat tidak jauh dari sekolah kami. Dia memiliki
peraturan yang sangat tegas kepada kami. Jika kami melanggar, maka kami akan
diberi sangsi.
Setelah itu, maka dipilihlah para
siswa yang ikut ke organisasi seperti ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara,
dan lain-lain. Pemilihan itu dilakukan dengan pengambilan suara terbanyak.
Setelah pemungutan suara, maka terpilihlah Van Okta menjadi ketua kelas. Dia
adalah laki-laki yang cukup tegas. Van Okta berbadan gemuk dan berkulit putih.
Rambutnya hitam pendek dan lurus. Tampak
dari pipinya yang gemuk ada jerawat-jerawat yang baru tumbuh. Ada juga beberapa
kumis yang baru tumbuh menandakan dia baru mengalami puberitas. Posisi duduknya
tidak jauh dari tempatku. Hanya berbeda dua meja dari ku. Dia duduk dengan
seorang temannya yang sangat nakal bernama Ian. Ian sering menjahiliku. Dia
mengenakan kacamata tebal dan ada tahilalat di dagunya. Tubuhnya tidak terlalu
gemuk dan tingginya hampir sama dengan Van okta. Rambutnya keriting, hidungnya
mancung, dan mempunyai warna kulit yang agak gelap. Semua muridpun setuju
dengan diangkatnya Van Okta menjadi ketua kelas dan yang terpilih menjadi wakil
ketua kelas adalah Teguh Saputra. Teguh
saputra adalah anak yang pendiam. Badannya kurus dan tinggi. Kulitnya bewarna putih
dan rambutnya keriting. Dia bertempat tinggal di jalan Nelayan.
Setelah pemilihan orang-orang yang
ikut berorganisasi, wali kelaspun memohon diri dan kami menunggu guru mata
pelajaran yang akan masuk ke kelas kami. Guru mata pelajaran berbeda seperti
ibu Nurhikmah. Dia termasuk guru yang baik dan ramah kepada kami. Beliau mengajarkan mata
pelajaran biologi. Dalam mengajar, metode yang banyak diterapkan beliau adalah
metode ceramah. Karena sekolah kami tidak ada ruangan praktek sehingga sangat
sulit bagi kami untuk menerapkan metode penelitian. Ibu ini bertubuh gemuk dan
tidak terlalu tinggi. Beliau mengenakan jilbab dan berbusana muslim ketika
mengajar. Dari garis-garis mukanya tampak bahwa dia adalah guru yang belum tua.
Kulitnya putih dan ketika mengajar suaranya cukup lantang didengar. Ibu
tersebut sering membawa anaknya ke sekolah yang baru berumur lima tahun.
Anaknya seorang anak laki-laki. Saat beliau masuk pertama kalinya ke kelas
kami, beliau memperkenalkan dirinya dan member tahu kami mengenai biografi ibu
tersebut. Setelah beliau memperkenalkan dirinya, maka giliran kamilah untuk
memperkenalkan diri masing-masing ke depan kelas. Kami memperkenalkn diri kami
secara bergiliran kepada ibu tersebut. Setelah perkenalan berakhir, maka ibu
tersebut memberitahu kami mengenai aturan belajar ketika bersama ibu tersebut
lalu kami pun memulai pelajaran.
Berbeda dengan ibu Nurhikmah, guru
yang mengajar bahasa Inggris sangat tegas dan sulit untuk tersenyum ketika
mengajar. Dia sangat serius ketika mengajar dan tidak boleh satu muridpun
meribut meribut di saat beliau mengajar. Ketika beliau mengajar, suasana
menjadi tegang dan murid-muridpun takut untuk bertanya mengenai pembahasan yang
sedang diajarkan. Pertama kali beliau masuk ke kelas kami, beliau meminta kami
untuk memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris. Maka kamipun dengan rasa
takut memperkenalkan diri kami dengan menggunakan bahasa inggris yang dikuasai
selama ini. Lalu beliau memberikan peraturan kepada kami agar setiap mata
pelajaran bahasa Inggris kami wajib membawa kamus. Jika tidak membawa kamus,
kami harus mendapatkan hukuman yakni hormat tiang bendera sampai jam
pelajarannya habis. Ibu itu bernama Eli. Dia berbadan gemuk dan mempunyai tahi
lalat di bawah bibirnya. Warna kulitnya putih dan berhidung mancung. Dia juga
mengenakan jilbab dalam penampilannya. Dia jarang menggunakan kacamatanya
tetapi kacamatanya itu selalu diletakkan di meja saat dia mengajar dan sesekali
dia menggunakannya. Ketika dia mengajar suaranya sangat lantang, terlebih lagi
jika dia sedang marah kepada seorang murid dan memarahi anak tersebut.
Guru yang ada di sekolah saya pada
saat itu berbeda-beda karakter, ada juga guru yang memiliki rasa humor yang
tinggi. Dia sering membuat suatu kelucuan dalam mengajar. Bapak itu bernama
bapak zulfian. Mata pelajaran yang diajarkannya adalah pendidikan agama islam.
Bapak itu selalu berpenampilan rapid an selalu mengenakan peci pada kepalanya.
Beliau memiliki tubuh yang tegap dan cukup tinggi. Kulitnya agak gelap dan
hidungnya mancung. Bapak ini memiliki kumis dan paras mukanya agak panjang.
Saat tidak mengajar, sering terlihat olehku beliau menghisap rokok di ruangan
guru dan itu telah menjadi suatu kebiasaan baginya. Saat berpapasan di jalan,
beliau sering tersenyum kepada murid-muridnya dan tidak pernah menampakkan
wajah sombong kepada murid-muridnya sehingga semua murid-murid menjadi akrab
bersamanya.
Saya pun menjalani aktivitas sekolah
seperti biasanya hingga tamat dari sekolah tersebut. Tahun 2007 saya masuk Sekolah Menengah Atas dan saya
mencoba tes di SMA N 3 Pekanbaru. Sekolah itu terletak berdampingan dengan
Universitas Politeknik dan SMK N 5 Pekanbaru. Tidak jauh dari sekolah itu
terdapat Universitas Lancang Kuning Sebelah kanan sekolah itu ada sebuah taman
yang bernama Politeknik. Lingkungan sekolah itu berdekatan dengan perusahaan
Cevron sehingga menjadikan sekolah itu memiliki fasilitas yang lengkap karena
banyak mendapat bantuan dari Cevron. Sekolah itu menjadi favorit dikalangan
siswa-siswa yang baru tamat SMP. Saya pun memberanikan diri untuk tes di sana,
walaupun banyak saingan dan siswa yang lebih unggul dariku. Namun, saya tetap
optimis untuk lulus di sekolah tersebut. Hari untuk ujian tes pun tiba, saat
saya berusaha mengerjakan soal-soal tersebut agar dapat lulus. Saya mengikuti
ujian tes itu bersama sahabatku Tari. Ketika melihat pengumuman penerimaan
siswa baru SMA N 3 Pekanbaru tahun 2007,
saya dan Tari sangat gugup. Tari dan saya mencari nomor ujian kami yang tertera
di surat pengumuman itu, saya tidak teliti melihatnya sehingga menganggap bahwa
tidak lulus. Tari dengan telitinya mencari nomor ujiannya, namun tetap tidak
ditemukan. Tari pun sedih pada waktu itu dan aku tetap memberinya semangat agar
mencari sekolah yang baru bersamaku. Tari tiba-tiba mengatakan bahwa diriku
lulus masuk sekolah itu dan menunjukkan nomor ujianku yang tertera di surat
pengumuman tersebut. Aku merasa senang sekali, namun ku tetap tidak menampakkan
kesenanganku yang berlebihan di depannya. Karena saya tahu kesedihannya pada
saat itu. Selain Tari, banyak siswa-siswa yang lainnya mendaftar tidak
diterima. Antara mereka ada yang menangis karena tidak menerima kegagalan
mereka. Tetapi orang tua mereka tetap member semangat kepada mereka agar
mencari sekolah yang lain.
Setelah saya lulus, semua
siswa-siswa angkatan 2007 dikumpulkan di halaman sekolah. Ketika saya melihat
seluruh sudut-sudut sekolah itu, semuanya sangat lengkap. Halaman sekolahnya
sangat luas yang dikelilingi oleh kelas-kelas murid dan ruangan guru. Kelas
berjumlah dua puluh lima kelas dan di lengkapi dengan laboratorium biologi,
laboratorium kimia, laboratorium komputer, musholla yang berjumlah dua, kantin
yang berjumlah tiga, dan laboratorium bahasa. Sekolah ini juga memiliki ruangan
perpustakaan yang luas. Di setiap kelas memiliki kipas angin, lampu yang cukup
terang, CCTV yang digunakan oleh kepala sekolah untuk melihat situasi kelas,
dan alat-alat perlengkapan belajar. Laboratorium komputernya memiliki lebih
dari empat puluh komputer dan ruangannya sangat nyaman karena dipasang alat
pendingin ruangan (AC). Ruangan itu juga memiliki peralatan infokus untuk
belajar. Setiap computer telah di fasilitasi oleh internet sehingga murid dapat
bermain internet kapanpun. Laboratorium ini terletak di sebelah ruangan guru.
Laboratorium
bahasa juga memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Didalam ruangan itu
dilengkapi infokus dan komputer untuk setiap siswa. Ruangan dipasang alat
pendingin (AC) agar belajar dapat berjalan nyaman. Laboratorium ini terletak di
sebelah kantin yang berada diujung sekolah. Laboratorium biologi memiliki
fasilitas yang sangat memadai. Di tunjang dengan alat-alat praktek yang cukup
seperti mikroskop dan beberapa alat-alat yang digunakan untuk praktek mata
pelajaran biologi. Dalam laboratorium itu terdapat beberapa hewan yang
diawetkan, tersimpan utuh disebuah lemari seperti ular, kalajengking, dan
hewan-hewan lainnya. Dalam ruangan itu juga terdapat infokus untuk menunjang
kegiatan proses belajar mengajar. Laboratorium ini terletak di sebelah ruangan
kelas kelas tiga jurusan IPA. Laboratorium kimia juga sangat lengkap
fasilitasnya. Dalam lemari terletak bahan-bahan kimia untuk praktek kimia
seperti spiritus, air keras, dan bahan-bahan kimia lainnya. lemari itu juga
menyimpan alat-alat yang digunakan dalam praktek kimia. Laboratorium ini
terletak di sebelah ruangan laboratorium bahasa. Musholla yang berdiri di
sekolah ini berjumlah dua yang terletak terpisah. Musholla pertama terletak
di sebelah ujung kanan sekolah dan
musholla yang lainnya terletak di belakang lokal kelas dua. Musholla itu
dilengkapi oleh perlengkapan sholat seperti sajadah, telekung, dan sarung.
Masing-masing musholla memiliki toilet dan tempat berwudhu tersendiri. Kantin
di sekolah itu berjumlah tiga, dua diantaranya terletak di samping ruangan
kelas satu dan yang lainnya di samping ruangan kelas dua jurusan IPS. Ruangan
guru terletak di samping ruangan kepala sekolah yang dilengkapi televisi dan
meja-meja guru. Perpustakaan sekolah terletak di sebelah ruangan guru. Ruangan
perpustakaan itu dilengkapi meja baca untuk siswa dan buku-buku yang
bermacam-macam. DI tengah-tengah lapangan terdapat tiang bendera yang dipasang
bendera merah putih.
Setelah
mengamati tiap sudut sekolah, siswa baru di wajibkan untuk berkumpul dan mendengarkan
penguman agar setiap siswa baru mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOST).
Hari-haripun terlewati dan mulai memasuki proses belajar mengajar di sekolah
tersebut. Sahabat-sahabat barupun didapat yakni Eriska, Anisa, Imus, Juni, dan
Firman. Eriska mempunyai tubuh yang gemuk dan cukup besar. Dia mengenakan
jilbab dan berkulit putih. Berbeda dengan Eriska, Anisa memiliki tubuh yang
tinggi dan kurus. Dia juga mengenakan jilbab. Sahabatku selanjutnya adalah dua
orang laki-laki yakni Firman dan Juni. Firman memiliki tubuh yang tidak terlalu
tinggi namun cukup berbadan. Firman memiliki kulit yang kuning langsat dan
berhidung mancung. Dia selalu menutupi keningnya dengan rambutnya. Sedangkan
Juni memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Rambutnya keriting dan warna
kulitnya kuning langsat. Juni merupakan salah satu murid yang berprestasi dalam
olahraga terutama dalam olahraga basket. Juni merupakan salah satu tim pemain
basket dari sekolah kami.
Saat
kelas XI saya pun memutuskan untuk mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) dan di saat kelas XII, sayapun akhirnya mengikuti ujian nasional. Sebelum
mengikuti ujian nasional, persiapan-persiapanpun dilakukan seperti bimbingan
belajar di sekolah dan uji coba (Try Out). Pengumuman kelulusanpun tiba yang
diberitahukan pada siang hari. Semua siswa kelas XII menunggu di depan sekolah.
Tiba-tiba gurupun datang dan mengumumkan semua siswa kelas XII lulus semuanya.
Semua murid-muridpun menunjukkan ekspresi yang sangat gembira dan mecoret-coret
seragam sekolah mereka. Mereka melakukan keliling kota Pekanbaru untuk
merayakan kelulusan mereka, namun saya tidak ikut pada waktu.
Setelah
hari kelulusan, sayapun memilih universitas yang terbaik dan mecoba tes jalur
SNMPTN di Universitas Riau (UNRI). Namun, keberuntungan belum memihak saya
sehingga memutuskan untuk masuk perguruan tinggi swasta yakni Universitas Islam
Riau (UIR). Universitas Islam Riau (UIR) terletak di Jalan Kaharudin Nasution
Pekanbaru dan berdiri di bawah lembaga YLPI. Bangunan-bangunan yang berada di
UIR cukup bagus dan saya memutuskan masuk Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
(FKIP) mengambil jurusan bahasa Indonesia. Saya memasuki universitas tersebut
melalui tahap gelombang kedua. Setelah melewati ujian tes, sayapun meilihat
hasilnya di internet. Setelah dengan teliti mencari-cari nama saya, akhirnya
sayapun mendapat pengumuman bahwa saya
lulus masuk UIR.
Tahun
2010 saya pun menjadi mahasiswa di Universitas Islam Riau (UIR). Hari pertama
belajar, saya memperhatikan gedung FKIP di saat itu. Gedung FKIP terletak di
depan gedung Ekonomi. Di samping gedung FKIP terdapat sebuah pondopo. Di tempat
itu sering terlihat mahasiswa sendratasik berlatih tari dan bermain musik. Didepan
gedung Fkip terdapat parkiran untuk para dosen dan di sebelah kanan gedung FKIP
terdapat musholla dan parkiran untuk mahasiswa. Gedung FKIP itu terdiri dari
tiga lantai, setiap lantainya terdapat ruangan-ruangan. Ruangan dosen berada di
lantai dua. Terdapat sebuah taman yang terletak di lantai dasar yang dilengkapi
oleh kolam ikan dan tempat duduk untuk para mahasiswa.
Saat masuk UIR saya menambah sahabat yakni
Yuyun, Sandra, Deni, dan Meli. Yuyun memiliki rambut yang panjang dan tidak
terlalu tinggi. Hidungnya tidak terlalu hidung mancung dan mempunyai warna
kulit yang kuning langsat. Meli merupakan sahabatku yang mempunyai tubuh yang
agak kurus dan memiliki rambut yang ikal dan lebat. Dia berhidung mancung dan
bersuara lantang. Deni adalah sahabatku selanjutnya. Dia sering mengenakan
jilbab kemanapun dia pergi. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan sedikit gemuk.
Rambutnya berwana hitam dan panjang hingga panggul. Hidungnya tidak mancung dan
memiliki paras muka yang bulat. Selanjutnya adalah Sandra yang memiliki nama
panjang Sandra Oktaviana. Sandra memiliki tubuh yang tinggi dan sedikit berisi.
Wajahnya bulat dan berhidung mancung. Panjang rambutnya hingga bahu dan
memiliki warna kulit yang tidak terlalu putih. Saat pergi ke kampus dia
mengenkaan jilbab dan menggunakan tas samping yang bermotif macan. Dia sangat
menyukai motif-motif macan.
Pertengahan
tahun 2010 saya telah memulai aktivitas kuliah. Saya mulai banyak mengenal
dosen-dosen yang mengajar, seperti Bapak Supriadi, Bapak Jamilin, Bapak
Sudirman, Ibu Roziah, dan lain-lain. Hingga tahun 2012, Bapak Supriadi menjadi
dosen penaehat akademis kami dan Ibu Roziah diangkat menjadi ketua program
studi pendidikan Bahasa Indonesia. Bapak Supriadi memiliki tubuh yang tidak
terlalu tinggi dan bertubuh kurus. Rambutnya hitam dan sedikit panjang. Beliau
sering mengenakan baju kemeja dan celana panajang. Saat mengajar beliau terkadang
menggunakan kacamata untuk membantunya melihat dan di sela-sela beliau
menerangkan pelajaran, dia sering kali memberikan nkami nasihat dan membuat
kelucuan. Beliau sangat bersahaja kepada mahasiswanya. Begitu juga dengan Ibu
Roziah yang selalu bersahaja kepada mahasiswanya. Beliau sering mengenakan baju
kurung, jilbab, dan sering membawa tas ransel yang berisi laptop saat mengajar.
Beliau mempunyai warna kulit yang putih dan berhidung mancung. Dalam mengajar,
beliau sangat menyukai mahasiswa yang aktif berbicara dalam berdiskusi dan
selalu menilai mahasiswanya bukan dari kepintarannya saja namun dari etika dan
moral yang ada pada mahasiswa itu.
Catatan:
Saya lahir di Pekanbaru tanggal 6 Mei 1991
Maaf
Bu, paragraf yang saya buat berlebih menjadi dua puluh empat karena telah
terlanjur membuat sebanyak itu.
Latihan
yang sebelumnya mendapat jumlah benar=
dan
salah=
Nama
: Sri wahyuni
NPM :106211278
Kelas :4G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar