Rabu, 21 Desember 2011

Belajar dan Pembelajaran

Rasional CBSAPenerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional. Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia dan masyarakat masa depan Indonesia yang dikehendaki.Dewasa ini, seperti diketahui, kita telah memasuki ambang “masyarakat belajar”, yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan seumur hidup. Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban misi utama, yaitu membelajarkan peserta didik sehingga pada saatnya nanti peserta didik memiliki kemampuan untuk belajar mandiri sebagai basis dari pendidikan seumur hidup.Sebagaimana telah diungkapkan bahwa meskipun telah lama dipahami bahwa belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan sebagai peserta pasif. Proses pembelajaran sebagaimana digambarkan, jelas tidak mungkin mampu mempersiapkan peserta didik untuk mampu bersaing dalam kehidupan dan menyesuaikan diri terhadap berbagai tantangan yang makin berat. Pembelajaran seyogyanya diorientasikan pada pembentukan kemampuan bersikap dan berfikir kritis dibangun di atas konsep-konsep dari sistem filosofis yang kuat, dilakukan melalui proses pengajaran yang memberikan berbagai peluang dan pengalaman yang bermakna.Secara umum, esensi tujuan pendidikan, menurut T. Raka Joni (1980) adalah pembentukan manusia yang bukan hanya dapat menyesuaikan diri hidup di dalam masyarakatnya, melainkan lebih dari pada itu, mampu menyambung bagi penyempurnaan masyarakat itu sendiri. Ini berarti bahwa para lulusan suatu lembaga pendidikan bukan hanya menghayati dan menginternalisasi nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakatnya, akan tetapi juga, apabila itu diperlukan, juga mampu mendeteksi kekurangan-kekurangannya sehingga memungkinkan penyempurnaannya.
Prinsip-Prinsip CBSA
Pendekatan CBSA, seperti telah diisyaratkan, pada dasarnya merupakan gagasan konseptual dan bukan merupakan suatu prosedural-perseptual. Dengan demikian penerapan CBSA dalam pembelajaran diupayakan dengan menerapkan sejumlah prinsip dan rambu-rambu, sementara pada sisi lain dipergunakan sejumlah indikator untuk memperkirakan kadar keterlibatan siswa tersebut.Dalam penerapan CBSA terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan baik yang menyangkut siswa yang belajar maupun guru yang mengelola proses pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut, menurut T. Raka Jeni (1993) ialah (i) penyediaan pijakan dan tuntunan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk memberikan makna terhadap pengalaman belajarnya, (ii) kegiatan belajar mengajar yang beraneka ragam dari guru, (iii) pemberian tugas/ kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji, berlatih/ menghayati isi kurikulum, (iv) guru berusaha memenuhi kebutuhan individu siswa, (v) guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar mengajar, (vi) guru mencek pemahaman siswa, dan (vii) guru memberi balikan.Sumber lain mengemukakan tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam merancang dan melaksanakan CBSA, yaitu (i) merupakan variasi kegiatan dan suasana belajar dengan penggunaan berbagai strategi belajar mengajar, (ii) menumbuhkan prakarsa siswa untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar, (iii) mengembangkan berbagai pola interaksi dalam proses belajar mengajar, baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa, (iv) menggunakan berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization), (v) pemantauan yang instensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera (P2SD – Ditdikdas, 1989/ 1990 : 2-5)
B. Cara Belajar Siswa Aktif : Apa, Mengapa dan Bagaimana
Gagasan belajar aktif atau peng-aktiv-an siswa dalam proses belajar mengajar pada dasarnya bukanlah suatu barang baru dalam proses pembelajaran. Bagi dunia pendidikan Indonesia, tahun 1977 merupakan tahun kebangkitan kembali gagasan yang dikemas dengan nama Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Dikatakan kebangkitan kembali karena (a) untuk jangka waktu yang cukup lama azas belajar aktif ini memang sering diabaikan atau upaya perwujudannya dalam proses belajar-mengajar kurang mendapatkan perhatian dari guru, dan (b) pada hakekatnya setiap proses belajar dengan sendirinya mengandung keaktivan atau dengan perkataan lain, yang namanya belajar tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya keaktivan dari siswa yang belajar, mulai dari yang sangat minimal sampai kepada yang sangat optimal. Dengan demikian yang menjadi issu pokok dalam konsep CBSA bukanlah “ada-tidak adanya” keaktivan tersebut dalam proses, melainkan “kadar/ derajat keaktivan” siswa dalam proses belajar.Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CBSA diartikan sebagai “anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional/ fisik siswa serta pengoptimalisasi dalam pembelajaran diarahkan untuk membelajarkan siswa bagiamana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai” (Dimyati & Mudjiono, 1999, h. 115).
C.Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Beserta Kelemahan dan Kelebihannya
1. METODE CERAMAH
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisonal. Karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
Kelebihan Metode Ceramah
• Guru mudah menguasai kelas.
• Mudah dilaksanakan.
• Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
• Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
Kekurangan Metode Ceramah
• Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
• Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
• Bila terlalu lama membosankan.
• Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
• Menyebabkan anak didik pasif.
2. METODE PROYEK
Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya. Bertujuan agar anak didik tertarik untuk belajar.
Kelebihan Metode Proyek
• Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
• Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan Metode Proyek
• Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini;
• bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini;
• Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan;
• Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
3. METODE EKSPERIMEN
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
Kelebihan Metode Eksperimen
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan Metode Eksperimen
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
4. METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI

Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
Kelebihan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
2) Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri.
Kekurangan Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
1) Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;
2) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan; dan
3) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan indi¬vidual.
5. METODE DISKUSI
Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam.
  Kelebihan Metode Diskusi
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
 Kekurangan Metode Diskusi
1) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
2) Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara; dan
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih for¬mal
6. METODE LATIHAN
Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Kelebihan Metode Latihan
1) Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
2) Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
3) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
  Kekurangan Metode Latihan
1) Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
2) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
4) Dapat menimbulkan verbalisme.
7. PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
8. NUMBERED HEAD TOGETHER ((KEPALA BERNOMOR) (SPENCER KAGAN, 1992)
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
9. COOPERTIVE SCRIPT (DANSEREAU CS., 1985)
Skrip kooperatif :
metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
• Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
• Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
7. Penutup
10.Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
D.Perbedaan Antara Metode Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran
 Metode dibedakan dari pendekatan. Pendekatan lebih menekankan pada strategi dalam perencanaan, sedangkan metode lebih menekankan pada teknik pelaksanaannya. Satu pendekatan yang direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses tersebut digunakan beberapa metode. Sebagai contoh dalam pembelajaran pencemaran lingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dapat dipilih dari beberapa pendekatan yang sesuai, antara lain pendekatan lingkungan. Ketika proses pembelajaran pencemaran lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan lingkungan tersebut dapat digunakan beberapa metode, misalnya metode observasi, metode didkusi dan metode ceramah. Supaya lebih jelas ikuti perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru ketika akan memberi pembelajaran pencemaran lingkungan tersebut.
Pada awalnya ia memilih pendekatan lingkungan, berarti ia akan menggunakan lingkungan sebagai fokus pembelajaran. Pada akhir pembelajaran melalui konsep pencemaran lingkungan siswa akan memahami tentang lingkungan sekitarnya apakah sudah tercemar atau tidak. Untuk merealisasikan hal tersebut ia menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dalam pembelajarannya ia membuat suatu masalah untuk didiskusikan oleh siswa kemudian ia akan mengakhiri pembelajaran tadi dengan memberi informasi yang berkaitan dengan hasil diskusi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dan pendekatan dirancang untuk mencapai keberhasilan suatu tujuan pembelajaran.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar